JAKARTA. Kondisi pasar saham yang fluktuatif membuat harga obligasi kian terpuruk. Otomatis, kupon yang ditawarkan kian meninggi, apalagi kondisi makro Indonesia sedang goyah akibat inflasi membuat dan membuat investor meminta yield yang lebih tinggi. Lantas, bagaimana prospek pasar obligasi sisa tahun ini? Beberapa waktu lalu, John Herry Teja, Direktur Ciptadana Securities menilai, dari sudut pandang investor, obligasi bisa menjadi alternatif menyiasati kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang berfluktuasi seperti ini. Pasalnya, kupon obligasi yang ditawarkan kian kompetitif (tinggi). Kupon bisa makin tinggi jika BI rate naik. Catatan saja, akhir pekan lalu Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25%. "Kupon tinggi memang menarik bagi investor, namun kupon tinggi bisa memberatkan emiten. Tapi, cost masih lebih murah jika dibanding mencari pinjaman dari bank," jelas John.
Menyimak peluang obligasi di akhir tahun
JAKARTA. Kondisi pasar saham yang fluktuatif membuat harga obligasi kian terpuruk. Otomatis, kupon yang ditawarkan kian meninggi, apalagi kondisi makro Indonesia sedang goyah akibat inflasi membuat dan membuat investor meminta yield yang lebih tinggi. Lantas, bagaimana prospek pasar obligasi sisa tahun ini? Beberapa waktu lalu, John Herry Teja, Direktur Ciptadana Securities menilai, dari sudut pandang investor, obligasi bisa menjadi alternatif menyiasati kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang berfluktuasi seperti ini. Pasalnya, kupon obligasi yang ditawarkan kian kompetitif (tinggi). Kupon bisa makin tinggi jika BI rate naik. Catatan saja, akhir pekan lalu Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25%. "Kupon tinggi memang menarik bagi investor, namun kupon tinggi bisa memberatkan emiten. Tapi, cost masih lebih murah jika dibanding mencari pinjaman dari bank," jelas John.