Gentong bekas biasanya hanya teronggok menjadi sampah. Namun, di tangan orang kreatif, gentong bekas pun bisa disulap menjadi produk unik, seperti akuarium dan miniatur taman.Salah satu pelopor usaha ini adalah Ritta Apriyanti di Depok. Ia mulai memanfaatkan gentong bekas sejak 2003. Di dalam gentong berbahan gerabah itu, ia mendesain konsep miniatur taman dan akuarium. Semua bahan yang digunakan merupakan barang bekas seperti pecahan asbes, pecahan kaca mika, dan batu-batuan. "Ini untuk kelestarian alam, supaya tidak menyisakan banyak sampah," ujar pemilik Curug Gentong ini.Untuk membuat akuarium, separuh dinding gentong dibuang dan kemudian dipasangi kaca sehingga ikan-ikan didalamnya dapat terlihat. Ritta juga menggunakan tanaman hidup, seperti teratai air, daun sirih gading, dan kaktus.Sementara, untuk miniatur taman, gentong tidak ditutupi kaca. Dalam setiap miniatur buatannya, perempuan 51 tahun ini memasukkan unsur air terjun atau curug mini dengan bunyi gemericik air. Inilah ciri khasnya, sehingga dinamakan curug gentong.Di tengah permintaan yang semakin banyak, Ritta kadang kesulitan mendapat gentong bekas. Untuk menyiasatinya, ia mengundang calon pembeli membawa gentong bekas sendiri. "Tak masalah kalau rusak atau retak, asal jangan lebih dari 40% kerusakannya," ungkap ibu dua anak ini.Dibantu lima karyawannya, Ritta bisa menghasilkan 40 - 50 kreasi akuarium dan miniatur dalam sebulan. Ia membanderol produk itu Rp 200.000 untuk diameter 25 cemtimeter (cm) hingga Rp 2 juta untuk ukuran 2 meter. Tak heran, omzetnya bisa mencapai Rp 50 juta sebulan.Perajin gentong hias lainnya, Ahmad Slamet Kosim berlokasi di Solo, Jawa Tengah. Sejak 2005, ia menyulap gantong bekas menjadi akuarium. Ia membeli gentong bekas di Pasar Rongko seharga Rp 15.000 per buah. Proses pembuatan diawali dengan melubangi salah satu sisi gentong memakai mesin khusus. Setelah itu, Kosim menambahkan kaca di bagian bawah gentong sebagai dasar ornamen akuarium. Ia juga menambahkan hiasan dari bahan semen. "Hiasan harus ditata sedemikian rupa sehingga layak jadi tempat tinggal ikan," ungkapnya. Ia butuh waktu dua hari untuk merampungkan satu akuarium gentong. Lantaran dikerjakan sendiri, ia hanya mampu membuat 15 akuarium tiap bulan. Maklum, ia sulit mendapatkan pekerja yang kreatif dan teliti. Kosim melego akuarium gentong berdiameter 30 cm dan tinggi 25 cm seharga Rp 300.000. Sedangkan, untuk akuarium berdiameter 3 meter dengan tinggi 1 meter dibanderol Rp 1,5 juta. Ia memasarkan karyanya hingga ke Bali, Kalimantan, dan Sumatera. Bahkan, ia punya distributor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menyulap gentong bekas jadi akuarium & taman mini
Gentong bekas biasanya hanya teronggok menjadi sampah. Namun, di tangan orang kreatif, gentong bekas pun bisa disulap menjadi produk unik, seperti akuarium dan miniatur taman.Salah satu pelopor usaha ini adalah Ritta Apriyanti di Depok. Ia mulai memanfaatkan gentong bekas sejak 2003. Di dalam gentong berbahan gerabah itu, ia mendesain konsep miniatur taman dan akuarium. Semua bahan yang digunakan merupakan barang bekas seperti pecahan asbes, pecahan kaca mika, dan batu-batuan. "Ini untuk kelestarian alam, supaya tidak menyisakan banyak sampah," ujar pemilik Curug Gentong ini.Untuk membuat akuarium, separuh dinding gentong dibuang dan kemudian dipasangi kaca sehingga ikan-ikan didalamnya dapat terlihat. Ritta juga menggunakan tanaman hidup, seperti teratai air, daun sirih gading, dan kaktus.Sementara, untuk miniatur taman, gentong tidak ditutupi kaca. Dalam setiap miniatur buatannya, perempuan 51 tahun ini memasukkan unsur air terjun atau curug mini dengan bunyi gemericik air. Inilah ciri khasnya, sehingga dinamakan curug gentong.Di tengah permintaan yang semakin banyak, Ritta kadang kesulitan mendapat gentong bekas. Untuk menyiasatinya, ia mengundang calon pembeli membawa gentong bekas sendiri. "Tak masalah kalau rusak atau retak, asal jangan lebih dari 40% kerusakannya," ungkap ibu dua anak ini.Dibantu lima karyawannya, Ritta bisa menghasilkan 40 - 50 kreasi akuarium dan miniatur dalam sebulan. Ia membanderol produk itu Rp 200.000 untuk diameter 25 cemtimeter (cm) hingga Rp 2 juta untuk ukuran 2 meter. Tak heran, omzetnya bisa mencapai Rp 50 juta sebulan.Perajin gentong hias lainnya, Ahmad Slamet Kosim berlokasi di Solo, Jawa Tengah. Sejak 2005, ia menyulap gantong bekas menjadi akuarium. Ia membeli gentong bekas di Pasar Rongko seharga Rp 15.000 per buah. Proses pembuatan diawali dengan melubangi salah satu sisi gentong memakai mesin khusus. Setelah itu, Kosim menambahkan kaca di bagian bawah gentong sebagai dasar ornamen akuarium. Ia juga menambahkan hiasan dari bahan semen. "Hiasan harus ditata sedemikian rupa sehingga layak jadi tempat tinggal ikan," ungkapnya. Ia butuh waktu dua hari untuk merampungkan satu akuarium gentong. Lantaran dikerjakan sendiri, ia hanya mampu membuat 15 akuarium tiap bulan. Maklum, ia sulit mendapatkan pekerja yang kreatif dan teliti. Kosim melego akuarium gentong berdiameter 30 cm dan tinggi 25 cm seharga Rp 300.000. Sedangkan, untuk akuarium berdiameter 3 meter dengan tinggi 1 meter dibanderol Rp 1,5 juta. Ia memasarkan karyanya hingga ke Bali, Kalimantan, dan Sumatera. Bahkan, ia punya distributor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News