Meraba-Raba Harga Komoditi



JAKARTA. Tahun ini merupakan tahun yang mengejutkan untuk sektor komoditi. Masih ingat kan bagaimana harga minyak mentah meroket hingga ke level US$ 147,27 per barel pada bulan Juli lalu, lantas terpersosok ke level US$ 33 per barel pada pertengahan Desember ini. Tak cukup itu saja. indeks harga kopi naik dari 140,5 menjadi 165, sedangkan indeks harga minyak sawit mentah (CPO) naik dari 318,7 menjadi 419. Minyak sawit, juga ikut mumbul 41,3 poin dalam kurun waktu tersebut. Kemudian, karet meloncat 85,9 poin. Adapun kenaikan indeks harga teh cuma 23,3 poin pada kurun waktu itu. Namun, pada bulan Agustus harga bahan baku minuman sedap ini masih terus naik. Itu terlihat dari indeksnya yang masih terus naik menjadi 129,7. Tahun depan, setidaknya hingga akhir tahun 2009 atau paling tidak akhir semester pertama, belum akan terjadi yang namanya economic rebound. Malah, menurut Kurtubi, doktor ekonomi energi yang juga pendiri Centre for Petroleum and Energy Economics Studies, tidak mustahil harga minyak bumi yang sudah turun hingga kembali ke level U$ 38 per barel akan masih akan turun lebih jauh lagi. "Bahkan bisa turun ke level US$ 30-an," kata dia. Masalahnya, masih menurut Kurtubi, Organisasi Negara Peng-ekspor Minyak (OPEC) gagal menggunakan kekuatannya untuk menahan harga. Maklumlah, mereka memotong produksi 4,2 juta barel per hari itu secara bertahap, sehingga tidak terasa dampaknya.

Seperti halnya harga minyak, kalangan eksportir komoditas lain juga belum bisa melihat jelas bagaimana ekspor mereka tahun depan. "Soalnya, sejauh ini kontrak-kontrak hanya sampai Februari," kata seorang eksportir kakao.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: