Meracik laba dari usaha apotek



Produk obat-obatan sudah menjadi kebutuhan primer di masyarakat. Itu sebabnya, hampir setiap gerai apotek selalu ramai dikunjungi pembeli. Peluang itu juga yang ditangkap Handoko Daud saat mendirikan Apotek MAL 24. Kata MAL sendiri merupakan singkatan dari Murah, Asli dan Lengkap (MAL).

"Saya melihat apotek akan selalu menjadi kebutuhan bagi masyarakat luas," kata lulusan Universitas Surabaya Jurusan Farmasi ini. Handoko mulai mendirikan gerai apotek pertamanya pada 2003 di Malang, Jawa Timur.

Ia mengklaim, apoteknya memiliki sejumlah keunggulan dari segi pelayanan, kelengkapan obat dan multivitamin serta harganya yang murah. "Harga obat-obatan di Apotek MAL 24 bisa lebih murah 20% dari apotek ternama," klaimnya.


Untuk meluaskan jaringan bisnisnya, Handoko membuka tawaran kemitraan Apotek MAL 24 pada tahun lalu. Saat ini total gerai Apotek MAL 24 sudah ada 15. Rinciannya, 10 gerai milik pusat yang semuanya berada di Malang, serta sisanya milik mitra yang tersebar di Jakarta, Jember, Pasuruan, Surabaya dan Malang.

Dalam kemitraan ini, ia mematok nilai investasi sebesar Rp 350 juta. Dari investasi itu, sebesar Rp 150 juta dipakai buat membeli stok awal obat. Sementara Rp 150 juta lagi dipakai buat mengurus perizinan dan perlengkapan, seperti pendingin ruangan, etalase,  instalasi jaringan komputer yang terhubung ke pusat, dan fasilitas penunjang lainnya.

“Adapun Rp 50 juta sisanya untuk biaya pemakaian merek (franchise fee) selama lima tahun,” kata Handoko. Setelah lima tahun, mitra bisa meneruskan kerja sama dengan membayar Rp 50 juta lagi untuk masa kerja sama lima tahun. Mitra juga wajib menyediakan tempat usaha sendiri dengan luas paling minim 60 meter persegi (m2).Balik modal 2 tahun

Pria 33 tahun ini menjanjikan satu gerai Apotek MAL 24 bisa meraih omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Dengan laba bersih 20%, mitra bisa balik modal dalam waktu dua tahun.

Untuk menjaga kelancaran pasokan obat, Handoko tidak mewajibkan mitra membeli obat darinya. Pasalnya, “setiap kota besar pasti ada distributor obat. Jadi memang mudah untuk mendapatkan obat dibanding harus memesan ke Malang lewat saya,” ujarnya. Bagi mitra yang omzetnya Rp 100 juta per bulan, wajib membayar royalti 1% . “Tapi kalau tidak sampai ya tidak bayar,” ujarnya.

Ketua Komite Tetap Waralaba, Lisensi dan Kemitraan, Amir Karamoy menilai, peluang bisnis kesehatan termasuk apotek masih menjanjikan. Terlebih  pada tahun 2014 ada program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

“Langkah Apotek MAL 24 membuka tawaran franchise sudah tepat karena ini adalah saat yang pas untuk ekspansi di bidang kesehatan,” ujar Amir. Menurutnya, dengan program SJSN, berarti akan ada 187 juta orang Indonesia yang dijamin kesehatannya. Berarti, “Pasar apotek akan meluas. Dari yang tadinya hanya kalangan ritel, tapi juga datang dari pihak korporasi,” ujar Amir.         Apotek MAL 24                                                                                                                                                                                                                Jl. Letjen S. Parman No 30                                                                                                                                                                                        Malang, Jawa Timur                                                                                                                                                                                                      HP: 085933036888

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri