KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir tahun, ada baiknya investor kembali meracik ulang portofolio saham. Dus, investor siap menyambut
January effect di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Fenomena kemungkinan berpeluang terjadi awal 2018 mendatang. Harga saham biasanya cenderung menguat di awal tahun karena telah menurun pada bulan-bulan sebelumnya. Hal ini sering terjadi di bursa global. Di bursa Tanah Air,
January effect juga kerap terjadi. Fenomena ini juga bisa berhadapan langsung dengan aksi window dressing yang dilakukan manajer investasi. Reza Priyambada, Analis Binaartha Parama Sekuritas, mengatakan,
window dressing masih berpotensi mewarnai pergerakan IHSG di akhir tahun ini. Banyak manajer investasi yang memoles kinerjanya dengan membeli saham-saham bagus, ataupun menjual saham-saham yang berkinerja buruk.
Sehingga, ada potensi
profit taking terhadap beberapa saham yang kenaikan harganya sudah cukup tinggi. Nah, di awal tahun depan, kemungkinan investor akan menata ulang portofolionya. "Aktivitas itu akan membuat volume transaksi naik," ujar Reza, Rabu (22/11). Untuk mengail cuan dari kenaikan harga saham pada tahun depan, ada beberapa sektor yang layak dikoleksi. Misalnya, sektor perbankan yang masih memimpin pergerakan indeks. Sektor konsumer seperti UNVR, GGRM, dan HMSP juga masih menarik. Motor penggerak selanjutnya berasal dari sektor pertambangan. Hal ini seiring dengan membaiknya harga batubara dunia. "Biasanya akhir tahun, akan ada kenaikan harga batubara karena musim dingin. Ini bisa berimbas positif juga untuk saham pertambangan seperti PTBA, ITMG, dan ADRO," lanjut Reza. Selain itu, ada beberapa saham yang dinilai masih cukup murah, yakni PTBA, DOID, TINS, ANTM dan KKGI. Sektor properti juga dapat masuk dalam keranjang investasi. Di antaranya, MDLN, BSDE, SMRA dan LPKR. Reza juga menilai saham TLKM, SMGR, dan INTP layak dibeli. Profit taking Liyanto Sudarso, Investment Analyst MNC Asset Management, juga menilai,
window dressing bisa mewarnai IHSG akhir tahun. Tapi biasanya, investor juga memanfaatkan akhir tahun untuk aksi profit taking. Saham perbankan yang sudah naik tinggi, bisa menjadi salah satu target untuk ambil untung. Sepanjang tahun ini, sektor bank sudah tumbuh 32,36%. Sektor ini juga dinilai
overvalued. Terutama BBCA yang saat ini sudah memiliki
price to book value (PBV) hampir 4 kali. Padahal PBV emiten bank lainnya hanya sekitar 1,5 kali-2,4 kali. Selain sektor perbankan, Liyanto menilai sektor konsumer, terutama saham UNVR, GGRM, dan HMSP, juga bisa mengalami
profit taking. "Karena inflasi lemah, tetapi harga saham ini naik," imbuhnya.
Meskipun akan ada aksi profit taking pada saham-saham sektor tersebut, IHSG tetap berpotensi meningkat. Secara teknikal, ada emiten yang saat ini menarik untuk dikoleksi. Di antaranya saham TLKM yang sebelumnya banyak dilanda aksi jual oleh investor asing. Padahal, saham TLKM secara valuasi dan fundamental dinilai masih menarik. "Secara teknikal, target harga akhir tahun minimal Rp 4.500," lanjut dia. Selain karena mengatur portofolio investasi, aksi profit taking juga biasanya disebabkan oleh kebutuhan dana kas menjelang libur Natal dan tahun baru. Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, mengatakan, pada November dan Desember, banyak investor yang membutuhkan uang tunai. "Biasanya investor memang sudah menyisihkan dananya. Misalnya untuk liburan," kata dia. Kevin menilai, aksi ambil untung yang dilakukan investor pada akhir tahun, masih akan wajar. Pada tahun depan, Kevin memprediksi masih ada risiko investor asing melakukan perpindahan portofolio
(switching). Hal ini dipengaruhi rencana reformasi pajak Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati