KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi global dibayangi risiko resesi yang berpotensi terjadi pada 2023. Resesi ini disebabkan pengetatan moneter banyak bank sentral serta efek berkepanjangan dari perang Ukraina dan Rusia yang tak kunjung usai. Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengungkapkan, investor perlu meracik ulang portfolio investasinya di tengah kekhawatiran akan terjadinya resesi. Sejalan dengan risiko resesi global di depan mata, alangkah baiknya bila investor memperbesar porsi kepemilikan uang tunai.
"
Cash menjadi penting dan jadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan serta mengalihkan investasi ke instrumen yang terbilang lebih aman di tengah resesi," jelasnya pada Kontan, Kamis (29/9). Sekarang ini, Eko menyarankan investor untuk
wait and see lebih dulu sembari mencermati seberapa dalam kondisi krisis ekonomi global nantinya. Dalam prediksinya, kondisi ekonomi dunia akan kembali membaik pada pertengahan tahun depan.
Baca Juga: Prospek HMSP Diprediksi Tertekan, Simak Rekomendasi Sahamnya Berikut Ini Nah, untuk pelaku pasar yang nyaman berinvestasi dalam jangka panjang, mereka bisa mempertahankan atau hold porsi asetnya di instrumen berupa saham. Menurutnya, di tengah potensi kejatuhan pasar modal pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum untuk menyerok saham-saham bagus yang terdiskon. "Sektor yang bisa dipilih ada dari perbankan karena sektor keuangan tak terdampak adanya krisis ekonomi lantaran selalu dibutuhkan. Sehingga, saham sektor perbankan bisa menjadi alternatif. Selain itu, saham sektor konsumer yang terbilang defensif," papar Eko. Tak hanya instrumen saham, jenis investasi yang bisa dilirik adalah komoditas emas yang terbilang aman atau
safe haven dalam kondisi pasar dengan volatilitas tinggi. Hitungan Eko, rata-rata harga emas bisa meningkat sebesar 10%-12% hingga akhir tahun nanti sejalan potensi terkereknya inflasi. Pelaku pasar juga sudah bisa masuk di level saat ini.
Baca Juga: Instrumen Pendapatan Tetap Jadi Pilihan Investasi Perusahaan Asuransi Jiwa Bagi investor dengan tipe moderat atau memiliki tujuan finansial jangka menengah, mereka dapat memilih reksadana pendapatan tetap (RDPT). Seperti diketahui, RDPT adalah jenis reksadana dengan minimum 80% dana kelolaan dialokasikan pada instrumen investasi surat utang atau obligasi. Selanjutnya, investasi
peer-to-peer lending juga bisa jadi sarana. "Walaupun enggak besar porsinya, tapi bisa jadi pilihan, kenapa? karena ada jaminan, risikonya lebih terstruktur, dan memiliki hasil pasti," imbuhnya. Oleh karena itu, kata Eko, sekarang ini baiknya investor mengempit
cash sebesar 30%, kemudian 30% bisa dialokasikan pada instrumen investasi untuk jangka menengah, dan sisanya untuk investasi jangka panjang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli