JAKARTA. PT SIMS Jaya Kaltim, anak usaha PT Samindo Resources Tbk meraih kontrak pemindahan batuan penutup atawa
overburden removal dan produksi batubara. Order tersebut berasal dari PT Gunungbayan Pratamacoal, anak usaha PT Bayan Resources Tbk. Proyek pengerjaan jasa penambangan ini mulai berjalan pada semester dua tahun ini, dengan masa kontrak hingga 2019. Perusahaan akan mengerjakan overburdeen sebesar 14,7 bcm dan 1 juta ton batubara. Sekretaris Perusahaan Samindo Resources Hananto Wibowo mengatakan, sepanjang tahun 2017, perusahaan ini baru mendapatkan satu kontrak tersebut. Dengan menggarap tambang Gunungbayan, otomatis bisa menguatkan kinerja perusahaan yang masih mengalami penurunan produksi.
Pada kuartal pertama tahun ini, Samindo hanya memproduksi 2,5 juta ton batubara atau turun 16,8% ketimbang periode sama tahun lalu yang mencapai 3 juta ton. Kendati tidak merinci berapa target kontrak dan produksi pada tahun ini, Samindo mengklaim, kontrak dengan Gunungbayan bukanlah satu-satunya proyek yang dibidik. Perusahaan ini masih berharap, bisa mendapatkan beberapa kontrak baru lain. "Ini batubara ya, captive market, jadi kami masih ada pendekatan dengan beberapa klien lagi," ujar Hananto kepada KONTAN, Selasa (16/5). Sebab itu, Samindo tidak akan mengejar target yang tinggi-tinggi. Alasannya, harga batubara yang rebound sejak akhir tahun lalu memiliki potensi untuk kembali mengalami tekanan. Yang jelas, perusahaan ini mempunyai opsi untuk pengembangan bisnis yang integral dengan core business saat ini, yakni bergerak di sektor pertambangan batubara. Sekarang, ada dua lini bisnis baru yang tengah dijajaki perusahaan. Pertama, memiliki tambang batubara sendiri. Kedua, masuk ke sektor bisnis ketenagalistrikan. Guna memuluskan rencananya tersebut, Samindo menggelontorkan dana investasi senilai US$ 100 juta untuk mengakuisisi satu tambang batubara berkalori medium di Kalimantan Timur. Tambang itu memiliki jumlah cadangan mencapai 20 juta ton. Sejatinya, banyak lokasi tambang batubara yang dilirik Samindo. Namun sejauh ini belum menemukan kata sepakat karena masih tarik ulur dalam harga. "Kami mencari yang spesifikasinya medium ke atas atau berkalori 4.200 kkal-5.000 kkal. Ini paling banyak konsumennya," sebut Hananto.
Adapun di sektor kelistrikan, emiten tambang dengan kode MYOH ini akan menggandeng mitra strategis. Pasalnya, Samindo mengincar proyek-proyek PLTU berkapasitas 200 MW-500 MW, yang berlokasi di dekat wilayah basis operasi perusahaan. Untuk keperluan ini, investasi yang disiapkan senilai US$ 25 juta. Asal tahu saja, tahun lalu, Samindo mengikuti tender di Kalimantan Timur IV dan masih menunggu hasilnya. Hananto menambahkan, sebelumnya, Samindo berencana terjun ke bisnis perkebunan kelapa sawit dan jasa logistik pertambangan. Tapi rencana tersebut diurungkan mengingat bisnis utama perusahaan di sektor pertambangan batubara. Apalagi saat ini perusahaan memiliki spesifikasi overburden removal, produksi batubara, pengangkutan batubara, serta pemetaan geologi dan drilling. Alhasil, lebih cocok melakukan integrasi usaha dengan mengembangkan sektor ketenagalistrikan dan penguasaan tambang, ketimbang menambah lini bisnis di sektor perkebunan sawit dan logistik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini