Meraih untung dari melemahnya sang Garuda



JAKARTA. Pelemahan rupiah yang terjadi belakangan membuat PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) mempertahankan kontribusi ekspor. Perusahaan komponen otomotif ini berharap penjualan ekspor berkontribusi 70% terhadap pendapatan. Ini karena, permintaan pasar global lebih banyak dari domestik.

Joko Sogie, analis Danareksa Sekuritas dalam riset 9 Mei 2014 mengatakan, ekspor SMSM tumbuh 43% year on year (yoy) di kuartal I-2014. "Pertumbuhan pendapatan terbesar dari kawasan Eropa yakni tumbuh 52% di kuartal I tahun ini," ujar dia.

Produk utama SMSM yang sebagian besar diekspor ke pasar Amerika Serikat melalui kemitraan Donaldson menurut Joko terlihat menguat karena membaiknya ekonomi di negara tersebut.


Meski demikian Joko menilai, strategi SMSM memperbesar porsi ekspor cukup positif  bagi perusahaan ini. Apalagi saat ini rupiah sedang melemah terhadap dolar Amerika Serikat. "Melemahnya nilai rupiah mendorong kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP)," ujar Joko.

Akibatnya, di kuartal I-2014, pendapatan SMSM tumbuh 26% yoy menjadi Rp 628 miliar. Pencapaian ini menurut Joko, terbaik sejak 2012.

Saat ini, Selamat Sempurna telah mengekspor produk ke 100 negara. Dalam tiga bulan pertama di tahun ini, SMSM juga telah menambah tiga negara baru yakni di Barbados, Denmark dan Mauritius. Meski demikian volume terbesar ekspor SMSM masih berasal dari Amerika Serikat, Australia, Singapura dan Jepang.  

Sementara itu, penjualan dalam negeri kuartal I-2014, menurut Joko, cenderung mendatar karena pendapatan dari anak usaha yang memproduksi hidraulik dan perakitan dump body, PT Hydraxle Perkasa menurun. "Kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan dari Hydraxle flat tahun ini, bahkan mungkin turun 10%," kata Joko. Produksi Hydraxle adalah dump truck dan kendaraan niaga.

Namun, William Suryawijaya, analis Asjaya Indosurya Securities menilai, pertumbuhan penjualan produk SMSM di dalam negeri masih menjanjikan. Hal ini didukung oleh pemakai kendaraan bermotor terus tumbuh. Apalagi, dia menilai, hari raya dan libur nasional menghambat pengiriman barang ke luar negeri.

Tahun ini, menurut Joko SMSM juga diuntungkan rendahnya harga baja global. Sehingga margin kotor SMSM bisa mempertahankan margin kotor di level 25%. Dia bilang, sebanyak 70% dari beban pokok penjualan alias cost of goods sold (COGS) SMSM berasal dari biaya bahan baku. Sedangkan lebih dari 50% biaya bahan baku untuk produk baja diimpor dari Posco, perusahaan pembuat baja Korea Selatan.

Karena itu, biaya yang berkaitan dengan dollar AS mendapat porsi 35% dari COGS. Dengan demikian, proporsi ekspor yang lebih tinggi akan membuat SMSM lebih tahan terhadap biaya yang tinggi.

Joko menilai, SMSM tahun ini mendapat banyak katalis positif. Dia memperkirakan pendapatan SMSM tahun ini Rp 2,71 triliun, naik 12,5% dari tahun lalu Rp 2,37 triliun. Sedangkan laba bersih SMSM Rp 327 miliar, naik 1,87% dari Rp 312 miliar secara yoy.

Karena itu, Joko merekomendasikan, buy. Sementara, analis CIMB, Hadi Soegiarto dan William menyarankan hold di Rp 3.850 dan Rp 4.550. Senin (30/6) harga SMSM turun 0,11% ke Rp 4.435.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana