Merajut Indahnya Laba dari Tas Wanita Dowa



tasrajutandowa_dokdowaSetiap wanita tak hanya cukup memiliki satu buah tas. Kaum hawa harus menyesuaikan tas dengan aksesori lain, seperti sepatu dan busana yang dikenakan. Tak heran, ceruk bisnis tas wanita masih terbuka lebar walaupun pemainnya sudah cukup banyak. Namun, bahan tas dari karet sintetis yang selama ini beredar di pasaran rasanya sudah terlalu biasa. Oleh karena itu, para wanita kerap mencari tas yang unik namun tetap cantik. Salah satunya adalah tas yang terbuat rajutan tangan. Makin lama pasarnya makin besar, karena tas rajutan tangan berbahan alami ini belum banyak digunakan dan peluang menembus pasar ekspor terbuka lebar. Mata Delia Murwihartini langsung berbinar melihat kesempatan ini. Wanita berumur 48 tahun ini berani terjun menjalankan usaha produksi tas wanita berbahan rajutan sejak 20 tahun lalu. Awalnya, Delia memang memiliki ketertarikan dan keterampilan membuat tas wanita. Tapi, kendala modal waktu itu membuat Delia harus menapaki bisnis tas ini dari nol. Dia lantas merekrut lima pegawai untuk membantunya. Saat itu, dalam satu hari Delia baru bisa menghasilkan lima buah tas wanita. Lantas, Delia menawarkan tas-tas buatannya itu kepada wisatawan asing yang kebetulan berwisata di Yogyakarta, kampung halamannya. Beruntung, ada satu wisatawan dari Swedia yang tertarik. Sang turis ini langsung memesan seratus buah tas untuk dibawa ke negaranya. Delia mendapat US$ 10.000 dari pesanan itu. "Dari situlah saya memilih pasar luar negeri untuk memasarkan produk saya," ujar Delia. Roda bisnis berputar, dan baru pada tahun 2008 lalu Delia membuat merek tasnya dengan nama Dowa. Dia ingin produk bikinannya bisa sejajar dengan produk tas dari luar negeri. Apalagi, produk tas rajutannya tak kalah dengan produk tas kenamaan dunia. "Dari bentuk dan warna, saya selalu mengikuti tren mode dunia," ujarnya. Namun, Delia tetap mempertahankan ciri khas tasnya dengan bahan rajutan. Saat ini Delia sudah memiliki 700 pegawai dengan kapasitas produksi sebanyak 80.000 tas per bulan. Sekitar 90% tas Dowa beredar di Benua Amerika. Sisanya untuk menyuplai pasar Eropa dan lokal. Delia sengaja tidak mema-sarkan tas Dowa secara ritel. Saat ini, dia hanya memiliki lima galeri di Kota Gudeg. Sebab, Delia ingin menjaga eksklusivitas produknya dengan tidak sembarangan menjual di banyak tempat. Bahkan, beberapa model tasnya dibeli oleh perusahaan tas dari luar negeri. Memang, tas wanita buatannya menyasar pasar kalangan menengah ke atas.  Harga tas buatannya berkisar Rp 125.000–Rp 1,1 juta per unit. Saat ini, omzet penjualan tasnya bisa mencapai US$ 10 juta per tahun. Margin keuntungan per tas sekitar 20%. "Margin dari penjualan tas ke luar negeri dengan lokal tidak jauh beda," ujarnya. Delia mengklaim setiap tahun bisa menciptakan seratus model tas baru. Untuk itu, dia rajin mencari inspirasi dari Fashion TV dan majalah fashion luar negeri. Selain itu, Delia kerap mendatangi negara-negara mode untuk berkonsultasi dengan desainer tas di sana. Uniknya, tidak semua proses produksi pembuatan tas rajut ini berada di tiga pabrik milik Delia di Jogja. Delia menjalin kerjasama dengan 6.000 perajin di sekitar Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Para perajin tas itu tinggal Kabupaten Kulonprogo, Temanggung, dan Bantul. Mereka membuat rajutan awal, lalu mengirim hasilnya ke pabrik Delia, untuk selanjutnya dibuat berbagai macam bentuk tas.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa