Merajut laba dari bisnis baju rajut khas Korea



Bicara soal fesyen memang tak ada habisnya. Setiap saat selalu saja ada tren baru yang muncul di dunia fesyen. Biasanya tren itu tak jauh-jauh dari model dan motif yang lagi digemari. Tak terkecuali baju rajut. Nah, di Indonesia kini sedang tren baju rajut Korea. Munculnya tren ini tak lepas dari menjamurnya budaya Korea di Indonesia.

Munculnya tren ini mendorong banyak orang untuk menjual baju rajut Korea. Salah satu pemainnya adalah Buntoro Agus Salim. Ia sudah memulai bisnis baju rajut sejak tahun 2011 lalu melalui situs www.pakaianrajut.com. Selain menjual online, ia juga menjual offline di Bandung.

Menurut Buntoro, sejak booming baju rajut Korea, ia pun ikut-ikutan menjual baju rajut Korea. "Sekarang itu lagi booming-nya Korea. Jadi, motif yang paling laku yang lucu-lucu dan banyak warna," kata pria asli Bandung ini.


Untuk mencari motif Korea ini, ia banyak melakukan pencarian di internet. "Biasanya kami update desain itu satu minggu sekali," ujarnya. Selain motif Korea, ia juga menyediakan motif lain, seperti motif garis-garis dan tribal. Untuk modelnya sendiri tersedia beragam pilihan, seperti sweater, cardigan, blazer, dress, rompi, dan gamis.

Harga baju rajut produksi Buntoro dibanderol mulai dari harga Rp 25.000-Rp 40.000 per helai. Harga itu berlaku untuk pembeli eceran maupun grosir dan tidak ada minimal order. Namun, Buntoro akan memberikan potongan harga untuk pembelian di atas satu lusin.

"Kalau beli satu lusin dapat potongan Rp 1.000 per helai. Kalau beli 50 helai bisa dapat potongan Rp 2.000 per helainya," terang Buntoro. Kebanyakan pelanggan Buntoro adalah reseller yang membeli untuk dijual kembali. Buntoro mengaku, memiliki 15.000 reseller yang rutin belanja darinya.

Para reseller itu tersebar di seluruh Indonesia hingga luar negeri, seperti Taiwan, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Dengan reseller sebanyak itu, Buntoro bisa menjual 400-500 helai baju per hari dengan perolehan omzet Rp 25 juta-Rp 30 juta.

Ia mengaku, bisa menikmati keuntungan bersih sekitar 20% dari omzet. "Kalau lagi musim hari raya, seperti lebaran kemarin bisa dapat omzet sampai Rp 50 juta per hari," ungkap pria yang memiliki 27 karyawan ini.

Pemain lainnya adalah Hendrik Kurniawan juga di Bandung, Jawa Barat. Hendrik memulai bisnis ini sejak tahun 2000 dengan merek HS Collection.Awalnya, ia hanya memasok baju rajut ke pedagang grosir di Pasar Tanah Abang.

Namun, sejak dua tahun ini ia mulai menjual online di situs www.busanarajut.com. Menurutnya, model baju rajut dulu sangat simple dan tidak banyak motif. "Sekarang motifnya rame dan orang lebih suka, apalagi yang Korea-Korea gitu," kata Hendrik.

Hendrik mematok harga jual mulai Rp 30.000-Rp 55.000 per helai. Dalam sebulan ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 100 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri