JAKARTA. Jalan-jalan ala backpacker kian digandrungi. Namun, kerap kali calon pelancong kesulitan merencanakan perjalanan mereka, karena tempat yang dituju masih terbilang awam. Peluang inilah yang dilirik sejumlah pebisnis kreatif sehingga lahirlah trip organizer berkonsep backpacker. Meskipun menggunakan jasa perencana perjalanan, namun tidak meninggalkan konsep awal backpacker, yaitu bertualang mengeksplor suatu wilayah, serta menggunakan biaya relatif murah. Salah satu yang menjajal usaha ini adalah Alvan Prihandijaya di Jakarta. Pemilik usaha 100%Traveller ini menyebut, sesuai konsep utama backpacker, ia selalu berupaya menekan biaya pada setiap trip yang dirancang.Menurutnya, ongkos jalan-jalan dapat ditekan dari biaya transportasi dan akomodasi. "Kami menyesuaikannya dengan memilih penginapan di homestay atau hostel (luar negeri), serta menggunakan low cost airlines," tutur pria kelahiran 35 tahun silam ini.Makanya, Alfan bisa mematok biaya perjalanan relatif murah. Yang termurah ia tawarkan, yakni trip satu hari ke Kepulauan Seribu seharga Rp 100.000. Adapun, yang termahal atau trip spesial diadakan sekali dalam setahun ke Eropa. Biayanya sekitar Rp 15 juta. "Turis asing paling favorit trip ke Indonesia Timur," ujarnya.Dalam setiap trip, ia menetapkan kuota peserta berkisar 10 hingga 70 orang. Asal tahu saja, Alvan tertarik merintis trip ala backpacker karena memang sudah hobi jalan-jalan sejak kecil. Ia pun melihat peluang besar di bisnis pariwisata ini, sehingga memutuskan menyulap hobinya itu menjadi sebuah pekerjaan. Alhasil, sejak 2009 berdirilah 100%Traveller, yang merancang trip berbiaya murah. "Sebenarnya saya lebih suka disebut low budget travelling daripada backpacker," ucapnya. Selain promosi dari mulut ke mulut, nama 100%Traveller semakin dikenal karena Alvan rajin promosi lewat twitter dan website.Pemain lain di bisnis trip ala backpacker adalah Suluh Pratitasari asal Yogyakarta. Bagi pemilik Matatours ini, konsep backpacker bukan semata-mata biaya murah, namun lebih menekankan pada aktivitas mengeksplor suatu tempat semaksimal mungkin. Inilah keunggulan konsep trip Matatours.Perempuan yang akrab disapa Tita ini selalu mendampingi setiap trip yang diadakan Matatours. Meski begitu, ia membebaskan peserta tur untuk mengeksplorasi tempat wisata. Dengan demikian, setiap peserta punya kesempatan dan waktu yang cukup untuk memuaskan rasa ingin tahu di suatu tempat wisata. Misalnya, pada trip ke Eropa, peserta yang hobi seni bisa berkonsultasi pada Tita mengenai tempat-tempat kesenian yang layak dikunjungi. "Saya hanya berikan pengarahan petunjuk jalan dan transportasi yang perlu diketahui. Selanjutnya, mereka yang menjalani wisata sesuai keinginan mereka,” paparnya.Trip yang diusung Tita terbilang istimewa, karena tidak melupakan konsep awal seorang backpacker. Tak heran, nama Matatours cukup populer, meski baru berdiri sejak 2012. Kini, Tita mengorganisir puluhan perjalanan, baik di dalam negeri, seperti Bali dan Yogyakarta, hingga Bangkok, Nepal, dan Eropa. Tita bilang, Eropa menjadi destinasi favorit. Jumlah peserta bervariasi, berkisar 8 - 30 orang. Biaya sekali trip beragam, mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 30 juta. Perjalanan berlangsung selama 3 hari untuk wilayah Asia, dan 8 - 12 hari untuk kawasan Eropa. Paham lokasi Supaya peserta trip benar-benar bisa menikmati trip, maka seorang trip organizer harus paham betul lokasi yang dituju. Ini untuk menghindari peserta tersesat dan pemborosan waktu.Makanya, Tita mengklaim, ia hanya merancang trip ke wilayah yang sudah pernah ia jalani. "Jadi, saya bisa berikan pengarahan yang tepat soal transportasi dan arah yang akan dijalani peserta trip," ungkapnya.Seorang trip organizer lainnya, Dimas Agung mengamini hal ini. Menurutnya, tour guide ala backpacker jelas harus menguasai medan wisata yang ditawarkan. "Pemandu harus tahu letak titik-titik wisata.Lebih bagus lagi kalau sudah tau medannya seperti apa," beber pemilik Malang Holidays ini.Pria yang berdomisili di Malang, Jawa Timur ini menjual paket trip ke Gunung Bromo selama dua hari satu malam. Ia mematok harga paket Rp 450.000 per orang. Saban bulan, ia bisa meraup omzet minimal Rp 18 juta. Bahkan, jika musim liburan, bisa mencapai Rp 68 juta sebulan. “Margin saya sekitar 5% - 20%,” ujar pria yang memulai bisnis trip backpacker sejak awal 2013 ini.Sementara Alvan, bisa melakukan dua trip dalam sebulan, baik di dalam atau luar negeri. Omzetnya sekitar Rp 150 juta sebulan. Adapun, penghasilan Tita lebih menggiurkan. Tahun lalu, omzetnya mencapai Rp 1 miliar. Pada semester pertama tahun ini, pendapatan Matatours bahkan sudah mencapai Rp 1 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Merancang laba dari trip para backpacker
JAKARTA. Jalan-jalan ala backpacker kian digandrungi. Namun, kerap kali calon pelancong kesulitan merencanakan perjalanan mereka, karena tempat yang dituju masih terbilang awam. Peluang inilah yang dilirik sejumlah pebisnis kreatif sehingga lahirlah trip organizer berkonsep backpacker. Meskipun menggunakan jasa perencana perjalanan, namun tidak meninggalkan konsep awal backpacker, yaitu bertualang mengeksplor suatu wilayah, serta menggunakan biaya relatif murah. Salah satu yang menjajal usaha ini adalah Alvan Prihandijaya di Jakarta. Pemilik usaha 100%Traveller ini menyebut, sesuai konsep utama backpacker, ia selalu berupaya menekan biaya pada setiap trip yang dirancang.Menurutnya, ongkos jalan-jalan dapat ditekan dari biaya transportasi dan akomodasi. "Kami menyesuaikannya dengan memilih penginapan di homestay atau hostel (luar negeri), serta menggunakan low cost airlines," tutur pria kelahiran 35 tahun silam ini.Makanya, Alfan bisa mematok biaya perjalanan relatif murah. Yang termurah ia tawarkan, yakni trip satu hari ke Kepulauan Seribu seharga Rp 100.000. Adapun, yang termahal atau trip spesial diadakan sekali dalam setahun ke Eropa. Biayanya sekitar Rp 15 juta. "Turis asing paling favorit trip ke Indonesia Timur," ujarnya.Dalam setiap trip, ia menetapkan kuota peserta berkisar 10 hingga 70 orang. Asal tahu saja, Alvan tertarik merintis trip ala backpacker karena memang sudah hobi jalan-jalan sejak kecil. Ia pun melihat peluang besar di bisnis pariwisata ini, sehingga memutuskan menyulap hobinya itu menjadi sebuah pekerjaan. Alhasil, sejak 2009 berdirilah 100%Traveller, yang merancang trip berbiaya murah. "Sebenarnya saya lebih suka disebut low budget travelling daripada backpacker," ucapnya. Selain promosi dari mulut ke mulut, nama 100%Traveller semakin dikenal karena Alvan rajin promosi lewat twitter dan website.Pemain lain di bisnis trip ala backpacker adalah Suluh Pratitasari asal Yogyakarta. Bagi pemilik Matatours ini, konsep backpacker bukan semata-mata biaya murah, namun lebih menekankan pada aktivitas mengeksplor suatu tempat semaksimal mungkin. Inilah keunggulan konsep trip Matatours.Perempuan yang akrab disapa Tita ini selalu mendampingi setiap trip yang diadakan Matatours. Meski begitu, ia membebaskan peserta tur untuk mengeksplorasi tempat wisata. Dengan demikian, setiap peserta punya kesempatan dan waktu yang cukup untuk memuaskan rasa ingin tahu di suatu tempat wisata. Misalnya, pada trip ke Eropa, peserta yang hobi seni bisa berkonsultasi pada Tita mengenai tempat-tempat kesenian yang layak dikunjungi. "Saya hanya berikan pengarahan petunjuk jalan dan transportasi yang perlu diketahui. Selanjutnya, mereka yang menjalani wisata sesuai keinginan mereka,” paparnya.Trip yang diusung Tita terbilang istimewa, karena tidak melupakan konsep awal seorang backpacker. Tak heran, nama Matatours cukup populer, meski baru berdiri sejak 2012. Kini, Tita mengorganisir puluhan perjalanan, baik di dalam negeri, seperti Bali dan Yogyakarta, hingga Bangkok, Nepal, dan Eropa. Tita bilang, Eropa menjadi destinasi favorit. Jumlah peserta bervariasi, berkisar 8 - 30 orang. Biaya sekali trip beragam, mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 30 juta. Perjalanan berlangsung selama 3 hari untuk wilayah Asia, dan 8 - 12 hari untuk kawasan Eropa. Paham lokasi Supaya peserta trip benar-benar bisa menikmati trip, maka seorang trip organizer harus paham betul lokasi yang dituju. Ini untuk menghindari peserta tersesat dan pemborosan waktu.Makanya, Tita mengklaim, ia hanya merancang trip ke wilayah yang sudah pernah ia jalani. "Jadi, saya bisa berikan pengarahan yang tepat soal transportasi dan arah yang akan dijalani peserta trip," ungkapnya.Seorang trip organizer lainnya, Dimas Agung mengamini hal ini. Menurutnya, tour guide ala backpacker jelas harus menguasai medan wisata yang ditawarkan. "Pemandu harus tahu letak titik-titik wisata.Lebih bagus lagi kalau sudah tau medannya seperti apa," beber pemilik Malang Holidays ini.Pria yang berdomisili di Malang, Jawa Timur ini menjual paket trip ke Gunung Bromo selama dua hari satu malam. Ia mematok harga paket Rp 450.000 per orang. Saban bulan, ia bisa meraup omzet minimal Rp 18 juta. Bahkan, jika musim liburan, bisa mencapai Rp 68 juta sebulan. “Margin saya sekitar 5% - 20%,” ujar pria yang memulai bisnis trip backpacker sejak awal 2013 ini.Sementara Alvan, bisa melakukan dua trip dalam sebulan, baik di dalam atau luar negeri. Omzetnya sekitar Rp 150 juta sebulan. Adapun, penghasilan Tita lebih menggiurkan. Tahun lalu, omzetnya mencapai Rp 1 miliar. Pada semester pertama tahun ini, pendapatan Matatours bahkan sudah mencapai Rp 1 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News