Merangkai laba dari taman di atap



Tren pembangunan proyek perkantoran di kota-kota besar, terutama Jakarta mengarah ke konsep gedung ramah lingkungan atau green building. Selain buat mengurangi pemanasan global, gedung ramah lingkungan juga dibutuhkan di tengah makin minimnya ruang terbuka hijau.

Seiring mencuatnya tren green building ini, jasa pembuatan taman atap atau roof garden bermunculan. Salah satu pemainnya adalah Deny Marcian yang mengusung bendera usaha Petani Muda Bogor (PMB).

Roof garden merupakan teknik membuat taman kecil di atas gedung maupun rumah. Konsep roof garden ini populer di negara berlahan sempit, seperti Singapura buat menyeimbangkan laju pembangunan dengan porsi ruang terbuka hijau.


Ia bilang, kebanyakan para pemilik gedung atau rumah masih belum familiar dengan konsep ini. Mereka umumnya masih takut dan khawatir jika memiliki taman di atasnya. "Mereka takut nanti airnya bocor, atau konstruksi jadi makin berat," ujar Deny.

Padahal, konsep roof garden aman bagi gedung maupun rumah non genteng. Proses pembuatannya terdiri dari empat lapisan. Yakni, karpet polyster, batu apung, ijuk dan terakhir tanah. Sebelum membuat lapisan, harus dipastikan apakah ada aliran air di atap. Jika tidak ada, bisa dibuatkan khusus untuk pengairan roof garden.

Untuk jasa membuat roof garden, Deny mematok harga Rp 200.000 per meter persegi. Harganya tentu lebih mahal jika konsumen ingin menanam tanaman di atasnya.

Total omzet yang bisa diraih Deny sebulan mencapai Rp 70 juta - Rp 100 juta. Namun, tak semua pendapatan disumbang dari proyek roof garden,  soalnya, ia juga menyediakan jasa pembuatan taman biasa.

Pemain lainnya di bisnis ini adalah Muhammad Alkaf dengan brand Pro Construction asal Bandung. . Dari jasa roof garden ini, Ahmad meraup omzet Rp 20 juta per bulannya. "Laba bersihnya sekitar 20% dari omzet," ucapnya.                     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri