Beberapa tahun terakhir kita telah menyaksikan kemajuan besar dalam dunia industri yang dimungkinkan oleh teknologi disruptif seperti big data, internet of things, komputasi awan, kecerdasan buatan, dan lainnya. Di tengah revolusi digital ini, Industri 4.0 telah menjadi prioritas utama dalam agenda nasional pemerintah dan strategi perusahaan. Menurut Profesor Klaus Schwab, pendiri dan Executive Chairman Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum), Industri 4.0 atau yang juga dikenal sebagai revolusi industri keempat ditandai adanya berbagai teknologi baru yang menggabungkan dunia fisik, digital dan biologis, yang berdampak terhadap semua disiplin ilmu, ekonomi dan industri. Bahkan mempertanyakan pemahaman mengenai apa artinya menjadi manusia. Sebetulnya, menurut McKinsey transformasi digital ini dapat membawa peningkatan produktivitas senilai US$ 216 miliar hingga US$ 627 miliar bagi negara Asean. Namun, nyatanya adopsi Industri 4.0 di kawasan berjalan lambat. Lantaran minimnya pemahaman dan keterampilan. Kemudian kekhawatiran risiko keamanan, dan kesulitan mengintegrasikan data dalam sistem yang tertutup.
Pemerintah sendiri pada April 2018 kemarin sudah meluncurkan Making Indonesia 4.0. Ini sebagai roadmap terpadu yang bertujuan mentransformasi sektor manufaktur secara digital serta menjadi panduan dalam meningkatkan produktivitas, lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan daya saing global. Kerangka ini menghadirkan berbagai dukungan dan insentif, sehingga penting bagi perusahaan manufaktur di Indonesia untuk mengambil peluang dalam membangun kembali operasi dan bisnis mereka, serta melakukan transformasi terhadap organisasi secara menyeluruh. Di banyak negara termasuk Indonesia, smart factory sudah menjadi sebuah realitas, dan kini menjadi acuan bagi pabrik di masa depan. Perusahaan yang sudah mengadopsi konsep smart factory kini telah memiliki langkah kerja, sistem, dan peralatan yang terhubung secara digital di seluruh rantai nilai produksi. Mulai dari sumber bahan baku hingga pengiriman produk akhir. Di lingkungan seperti ini, data dalam jumlah besar digunakan untuk menghasilkan prediksi yang akurat. Memetakan performa atau kinerja secara realtime dan mengoptimalkan perencanaan sumber daya, produksi serta logistik. Hasilnya, perusahaan tersebut mampu meningkatkan efisiensi, kualitas, keamanan, kepuasan pelanggan, dan keberlanjutan secara signifikan. Teknologi yang didukung industri 4.0 telah memodernisasi dan mendefinisi ulang tentang cara kerja di pabrik. Sebagai contoh, kini kita dapat memiliki sistem kendaraan otomatis. Seperti forklift yang mengemudi sendiri (self-driving), dan dapat menerima sinyal digital pada bagian persediaan, dan kemudian mengambil dan mengangkut produk dari satu lokasi ke lokasi lain. Sensor pada forklift memastikan bahwa pergerakan terjadi pada jarak yang aman dari keberadaan orang dan hambatan di area kerjanya. Baterai forklift diisi melalui sistem yang terintegrasi dengan lantai. Dengan mesin-mesin ini, pekerja pabrik tidak lagi perlu melakukan pekerjaan kasar manual dan monoton, seperti mengemudi di jarak pendek yang sama secara terus menerus. Sebaliknya, para pekerja kini harus mencari data dari proses produksi di berbagai lokasi secara real time, mengidentifikasi pola dan potensi yang dapat dioptimalkan. Selain pabrik, digitalisasi juga memungkinkan banyak perusahaan untuk dapat memberi solusi dan servis khusus yang bernilai tambah di luar produk tradisional mereka. Hal ini memperkuat keunggulan kompetitif perusahaan. Sebagai contoh, kami menawarkan layanan teknis jarak jauh dan real-time untuk raksasa otomotif Groupe PSA dengan memanfaatkan teknologi kacamata pintar. Para ahli di Henkel dapat melihat dan mendengar apa yang terjadi di lini produksi PSA, sehingga mampu memberikan saran mengenai kendala operasional dengan lebih cepat. Menggandeng start up Dengan demikian, Industri 4.0 perlu mengintegrasikan berbagai solusi digital dari banyak pemasok. Menggabungkan solusi yang beragam ini ke dalam sistem yang komprehensif merupakan tantangan tersendiri. Namun di saat yang bersamaan dapat menjadi faktor kunci keberhasilan. Perusahaan perlu mengadopsi kolaborasi model baru, yaitu menggabungkan standar yang telah teruji dari vendor besar dengan terobosan inovasi dari perusahaan rintisan atau start up. Oleh karena itu, kini banyak perusahaan manufaktur terkemuka yang berkolaborasi dengan start up untuk bersama-sama mengeksplorasi masa depan digital. Di saat yang sama, start up juga mendapat beberapa manfaat. Seperti akses terhadap jejak global perusahaan besar, pemahaman mendalam mengenai pelanggan dan konsumen, serta keahlian untuk mewujudkan inovasi dan teknologi baru yang sukses ke pasar. Indonesia sendiri memiliki komunitas start up terbesar keenam di dunia dengan total 1.830 perusahaan. Untuk meningkatkan komunitas tersebut dan mendorong transformasi digital di Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan telah meluncurkan Ruang Inovasi untuk memfasilitasi kaum muda dalam mengembangkan proyek bisnis digital dan mengembangkan wirausaha kreatif atau creativepreneur. Meskipun inisiatif Industri 4.0 telah menciptakan kemungkinan yang tak terhitung jumlahnya, revolusi industri ini tidak dapat dikerjakan secara terpisah. Industri 4.0 harus menjadi bagian dari strategi perusahaan yang jelas, didukung oleh wawasan tentang pasar dan pelanggan, yang melengkapi inisiatif digital lainnya di seluruh lini organisasi. Sejalan dengan ini, pelatihan digital dan peningkatan keterampilan sangatlah penting agar karyawan dapat bergerak di dunia digital secara efisien dan menangkap peluang yang ada. Pelatihan digital tidak hanya mengajarkan tentang topik digital, namun juga membantu mengembangkan pola pikir dan perilaku digital.
Peningkatan keterampilan digital juga membuka jalur pembelajaran untuk peran dan tanggung jawab tertentu. Sebagaimana digitalisasi telah merasuki berbagai aspek kehidupan kita, pelatihan digital dan peningkatan keterampilan harus menjadi bagian penting dari pembelajaran seumur hidup. Mengingat kita sedang berada di tengah momen bersejarah yaitu proses evolusi industri manufaktur, mari kita sepenuhnya merangkul dan berjuang bersama menuju masa depan yang lebih digital dan cerdas.•
Lucky Lee Presiden Direktur Henkel Indonesia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi