Untuk menghasilkan sapi kualitas unggul, peternak tak perlu mengimpor indukan sapi unggulan. Dengan metode inseminasi buatan (IB), peternak cukup membeli sperma sapi unggulan. Harga anakan sapi IB ini pun lebih mahal ketimbang sapi lokal. Tidak hanya di hari raya, kebutuhan daging sapi saban hari sejatinya cukup besar. Terutama, bagi pengusaha yang bergerak di bidang makanan. Tapi, di sisi lain, penyediaan daging sapi tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Metode inseminasi buatan alias IB bisa menolong peternak untuk mengembangbiakkan sapi unggulan. IB dilakukan dengan cara menyuntikkan sperma sapi unggulan ke indukan sapi berkualitas baik. Efeknya, IB bisa mempercepat masa kawin sapi. Tak heran, metode pengembangbiakan ini disukai peternak. "Apalagi, kemungkinan jadi (hamil) sangat besar. Selain efektif waktu, IB bisa menekan biaya operasional dalam mengembangbiakkan sapi," ungkap Abror Yudi Prabowo, pengelola PT Natural Nusantara (NASA). Melihat manfaat IB bagi peternak, perusahaan asal Yogyakarta tersebut melirik usaha jual beli sperma sapi. Bisnis ini ternyata cukup menguntungkan. Sebab, sekali suntik, harga sperma sapi ini berkisar Rp 50.000. NASA menjual beberapa sperma sapi dari rumpun brahman, simmental, angus, dan limousine yang bernilai ekonomis tinggi. Dalam sebulan, NASA bisa menjual 10 suntik sperma sapi unggulan. Sapi jantan bisa diambil spermanya paling cepat satu minggu sekali. Sudah begitu, tidak setiap sperma sapi berkualitas. "Risikonya di sini, waktu pengambilan sperma sapi harus pas dan dilihat indukannya dulu," jelas Abror. Ardi Nugroho, peternak sapi di Cangkringan, Yogya, mengakui manfaat IB. "Jika menggunakan cara kawin konvensional, selain waktu yang lama, biayanya lebih mahal," cetusnya. Jika memakai cara konvensional, peternak harus menyewa pejantan senilai Rp 50.000 per hari untuk setiap ekor. Biasanya, sapi tersebut harus didatangkan dari peternak lain. "Berarti harus butuh biaya transportasi," kata Ardi. Dengan IB, sapi bisa "dipaksa" hamil lagi dengan jeda tak terlalu lama setelah melahirkan. Dalam sebulan, Ardi bisa menjual 10 sapi IB. Kualitas anakan hasil IB pun dijamin sama dengan induknya. "Hasilnya luma-yan menguntungkan, satu anak sapi hasil IB bisa dijual minimal Rp 6 juta," ujar Ardi. Harga ini lebih tinggi daripada harga anakan sapi lokal yang sekitar Rp 4 juta. Malah, setelah berusia empat bulan, sapi IB jenis limousine bisa berkisar Rp 10 juta-Rp 12 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Meraup Untung dari Suntikan Sperma Sapi Unggul
Untuk menghasilkan sapi kualitas unggul, peternak tak perlu mengimpor indukan sapi unggulan. Dengan metode inseminasi buatan (IB), peternak cukup membeli sperma sapi unggulan. Harga anakan sapi IB ini pun lebih mahal ketimbang sapi lokal. Tidak hanya di hari raya, kebutuhan daging sapi saban hari sejatinya cukup besar. Terutama, bagi pengusaha yang bergerak di bidang makanan. Tapi, di sisi lain, penyediaan daging sapi tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Metode inseminasi buatan alias IB bisa menolong peternak untuk mengembangbiakkan sapi unggulan. IB dilakukan dengan cara menyuntikkan sperma sapi unggulan ke indukan sapi berkualitas baik. Efeknya, IB bisa mempercepat masa kawin sapi. Tak heran, metode pengembangbiakan ini disukai peternak. "Apalagi, kemungkinan jadi (hamil) sangat besar. Selain efektif waktu, IB bisa menekan biaya operasional dalam mengembangbiakkan sapi," ungkap Abror Yudi Prabowo, pengelola PT Natural Nusantara (NASA). Melihat manfaat IB bagi peternak, perusahaan asal Yogyakarta tersebut melirik usaha jual beli sperma sapi. Bisnis ini ternyata cukup menguntungkan. Sebab, sekali suntik, harga sperma sapi ini berkisar Rp 50.000. NASA menjual beberapa sperma sapi dari rumpun brahman, simmental, angus, dan limousine yang bernilai ekonomis tinggi. Dalam sebulan, NASA bisa menjual 10 suntik sperma sapi unggulan. Sapi jantan bisa diambil spermanya paling cepat satu minggu sekali. Sudah begitu, tidak setiap sperma sapi berkualitas. "Risikonya di sini, waktu pengambilan sperma sapi harus pas dan dilihat indukannya dulu," jelas Abror. Ardi Nugroho, peternak sapi di Cangkringan, Yogya, mengakui manfaat IB. "Jika menggunakan cara kawin konvensional, selain waktu yang lama, biayanya lebih mahal," cetusnya. Jika memakai cara konvensional, peternak harus menyewa pejantan senilai Rp 50.000 per hari untuk setiap ekor. Biasanya, sapi tersebut harus didatangkan dari peternak lain. "Berarti harus butuh biaya transportasi," kata Ardi. Dengan IB, sapi bisa "dipaksa" hamil lagi dengan jeda tak terlalu lama setelah melahirkan. Dalam sebulan, Ardi bisa menjual 10 sapi IB. Kualitas anakan hasil IB pun dijamin sama dengan induknya. "Hasilnya luma-yan menguntungkan, satu anak sapi hasil IB bisa dijual minimal Rp 6 juta," ujar Ardi. Harga ini lebih tinggi daripada harga anakan sapi lokal yang sekitar Rp 4 juta. Malah, setelah berusia empat bulan, sapi IB jenis limousine bisa berkisar Rp 10 juta-Rp 12 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News