KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mercedes-Benz Group AG yang dulunya menjadi simbol keanggunan otomotif kini menghadapi tantangan serius seiring penurunan penjualan dan laba yang menunjukkan dampak tekanan dari pasar Tiongkok. Merek-merek seperti BYD Co. kini berupaya mendefinisikan ulang “Made in China” sebagai simbol global kemewahan di era kendaraan listrik, memicu persaingan yang semakin ketat di pasar otomotif Eropa.
Pergeseran dalam Industri Otomotif
Pada hari Jumat lalu, Mercedes-Benz melaporkan tingkat profitabilitas terendahnya sejak pemisahan diri dari konglomerat mobil-truk pada tahun 2021.
Porsche AG juga mengumumkan rencana untuk melakukan pemotongan biaya dan meninjau lini modelnya setelah permintaan yang menurun di Tiongkok berdampak negatif pada pendapatan.
Baca Juga: Xiaomi SU7 Ultra, Calon Hypercar EV yang Siap Guncang Pasar Otomotif Merek-merek mewah, yang sebelumnya dianggap aman karena warisan dan status tinggi mereka, kini harus mempertimbangkan kembali asumsi tersebut di tengah persaingan yang semakin ketat. Menurut data, pada kuartal ketiga, tingkat profitabilitas Mercedes menurun menjadi 4,7%, jauh di bawah target minimum 8%. Hal ini mencerminkan tantangan yang lebih besar yang dihadapi oleh merek-merek otomotif Eropa dalam menghadapi kemunculan merek-merek Tiongkok di pasar global.
Taktik Baru dari Merek Tiongkok
Di ajang pameran mobil Paris bulan ini, FAW Group’s Hongqi dan BYD’s Yangwang memamerkan limusin dan SUV yang dirancang untuk bersaing dengan produk-produk dari Mercedes, Porsche, bahkan Rolls-Royce. Dengan teknologi digital terbaru dan kenyamanan mewah seperti dashboard kulit dan pendingin sampanye, mereka menawarkan alternatif yang kompetitif di segmen yang penting bagi keuntungan.
Baca Juga: Volkswagen Bakal Tutup Tiga Pabrik di Jerman Nio Inc., yang dikenal dengan sistem pertukaran baterainya untuk mengatasi kecemasan jarak tempuh, telah membuka showroom mewah di kota-kota seperti Berlin, Oslo, dan Amsterdam. Mereka memamerkan model SUV EL8 seharga €95,000. Sementara itu, BYD membangun hubungan dengan grup dealer lokal untuk memperluas jangkauannya.
Inovasi Teknologi dan Ambisi Xiaomi
Xiaomi Corp., yang dikenal sebagai “Apple dari Tiongkok,” telah menginvestasikan US$10 miliar untuk memasuki pasar mobil. Mereka meluncurkan model SU7 yang dirancang untuk bersaing dengan Porsche Taycan, yang telah mencuri perhatian di industri otomotif. CEO Ford, Jim Farley, mengungkapkan kekagumannya terhadap SU7 setelah mengujinya selama enam bulan.
Tantangan bagi Pembuat Mobil Eropa
Sementara Eropa dulunya mendominasi pasar mobil mewah, peluncuran Tesla Model S pada tahun 2012 telah mengubah persepsi konsumen tentang keunggulan otomotif dengan fitur digital. Merek-merek Tiongkok, seperti BYD dan Nio, mengikuti jejak tersebut dengan menekankan keunggulan dalam teknologi perangkat lunak dan baterai.
Baca Juga: Tertarik Miliki Maung Garuda Seperti yang Ditunggangi Prabowo? Begini Jawaban Pindad Menurut Tu Le, pendiri Sino Auto Insights, merek premium Tiongkok percaya bahwa dengan investasi dan kesabaran, mereka akan menemukan peluang besar di Eropa.
Merek-merek ini berusaha meyakinkan konsumen Eropa bahwa kendaraan mereka dapat bersaing dalam hal performa dan dinamika. Meskipun akan sulit untuk mengatasi daya tarik dan warisan merek-merek seperti Porsche dan Mercedes, daya tarik bagi perusahaan Tiongkok sangat jelas. Kendaraan mewah memiliki margin keuntungan yang tinggi dan pelanggan cenderung lebih setia serta melakukan pembelian ulang. Segmen ini diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan pasar massal, memberikan jalan untuk ekspansi yang berkelanjutan.
Editor: Handoyo .