Merck masih andalkan produk healthcare



JAKARTA. Perusahaan farmasi PT Merck Tbk mengantongi penjualan Rp 1,03 triliun di tahun 2016 atau naik 5,2% ketimbang tahun sebelumnya, senilai Rp 984 miliar. Tahun ini, emiten berkode saham MERK tersebut membidik pertumbuhan lebih tinggi.

Evie Yulin, Direktur Biopharma PT Merck Tbk, bilang, kenaikan penjualan tahun ini karena ada penambahan kapasitas produksi, setelah perusahaan ini melakukan renovasi mesin tahun lalu dengan investasi Rp 49 miliar. "Kami targetkan tumbuh dobel digit tahun ini," kata Evie, saat paparan publik di Kantor Merck, Jakarta, Rabu (12/4).

Arryo Aritrixso W, Direktur Plant PT Merck Tbk, menyatakan belum menentukan alokasi belanja modal. Adapun terkait produksi, tahun 2016 lalu, Merck memproduksi 757 juta butir tablet dan kapsul, naik dibandingkan tahun sebelumnya ,dengan produksi 640 juta butir tablet dan kapsul. Adapun kapasitas terpasang pabrik tercatat 900 juta butir tablet dan kapsul.


Merck saat ini sedang membidik penjualan obat untuk program Jaminan Kesehatan (JKN) lewat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk mendorong penjualannya. Tahun ini, MERK menargetkan menang tender untuk tujuh item obat. Tahun lalu, MERK memenangkan lima item obat.

Penjualan lima item obat untuk kebutuhan BPJS Kesehatan tersebut berkontribusi 20% ke penjualan produk biopharma milik MERK yang nilainya mencapai Rp 438,3 miliar pada tahun lalu. Artinya, penjualan obat MERK untuk kebutuhan BPJS Kesehatan tahun 2016 mencapai sekitar Rp 87 miliar.

Adapun kontribusi penjualan produk kategori biopharma bagi Merck tahun 2016 lalu mencapai 42%. Kontribusi penjualan paling besar saat ini masih dipegang oleh penjualan produk healthcare, yakni 49% dari total pendapatan. Tahun lalu, penjualan produk healthcare tersebut naik 11% dari tahun 2015, menjadi Rp 506 miliar.

Arryo menyatakan, penjualan produk healthcare karena mereka memiliki kekuatan pada merek, seperti Neurobion, Sangobion dan Illiadin. Di segmen obat healthcare tersebut, MERK mengklaim sukses menguasai pasar.

Soal distribusi, saat ini pasar domestik masih dominan dengan porsi 93%, atau senilai Rp 956 miliar. Adapun ekspor MERK tahun lalu berkisar senilai Rp 77 miliar atau berkontribusi 7% ke pendapatan MERK. "Ekspor melemah karena negara tujuan ekspor kami seperti ke Turki dan Yunani, saat ini mengalami perlambatan ekonomi," kata Arryo. Agar kinerja ekspor kembali membaik, tahun ini, Arryo berencana untuk menambah pangsa pasar ekspor baru ke Timur Tengah dan Afrika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini