Merck mengandalkan produk eksisting



KONTAN.CO.ID - PT Merck Tbk masih mempertahankan produk yang sudah ada (eksisting) sebagai penopang bisnis. Memasuki semester II-2017, perusahaan farmasi ini belum akan merilis produk baru lagi.

Di awal tahun ini, Merck telah merilis produk farmasi berupa kapsul herbal untuk membantu mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pada saat haid. "Tahun ini kami telah meluncurkan satu produk, Sangobion Femine Menstrupain," ujar Melisa Sandriati, Corporate Communication Manager Merck kepada KONTAN, Minggu (10/9).

Berdasarkan laporan keuangan semester I-2017, pendapatan emiten berkode saham MERK di bursa efek Indonesia (BEI) ini tumbuh 5% menjadi Rp 606 miliar. Sementara laba bersih tumbuh tipis sebesar 3%, dari Rp 97 miliar menjadi Rp 100 miliar di separuh pertama tahun ini.


Manajemen MERK belum bersedia menjelaskan lebih lanjut mengenai target di tahun ini. Namun, kabar terbaru pengendali utama MERK, yakni Merck KGaA Group yang bermarkas di Jerman, tengah melakukan konsolidasi untuk menjual lini usaha consumer health. Opsi lain adalah mencari mitra atau partner strategis untuk bisnis tersebut.

Merck KGaA memang tidak secara gamblang menyebutkan motif di balik aksi tersebut. Namun, grup korporasi medis dan farmasi raksasa itu mengatakan ada persoalan di sektor pendanaan bisnis usaha segmen consumer health. "Kami melihat akan menghadapi tantangan internal mendanai bisnis ini lebih lanjut, kalau masih ingin mencapai skala usaha yang memadai," terang Corporate Communication Merck KGaA, dalam surat elektronik yang diterima KONTAN, Minggu (10/9).

Bisnis consumer health menjadi penunjang utama Grup Merck di Indonesia. Melalui MERK, penjualan consumer health sampai semester I-2017 berkontribusi sekitar 52% dari total pendapatan yang menyentuh Rp 320 miliar. Jumlah ini tumbuh 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara penjualan produk biofarma tumbuh 5,3% menjadi Rp 238 miliar dan menyumbang 39% dari total pendapatan MERK.

Pasar domestik kontributor pendapatan utama MERK, yakni menopang 90% total pendapatan Rp 550 miliar. Selebihnya, Rp 56 miliar ialah penjualan ke luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini