Mereguk Hangatnya Laba Jahe Instan



JAKARTA. Sebagai rempah, jahe dapat dipadupadankan dengan berbagai menu minuman dan masakan. Rasanya yang segar diyakini mampu memberikan aneka manfaat bagi tubuh. Seperti mencegah mual, flu, sakit kepala, bahkan sebagai antioksidan. Salah satu pengusaha jahe instant sukses adalah Hendrawan asal Aceh. Ia menggunakan jahe merah sebagai bahan baku produk jahe instant miliknya. Jahe merah sendiri terkenal sebagai obat dan punya rasa pedas yang khas dibanding jahe putih. Setiap bulan, Hendrawan memproduksi sekitar 1.000 kotak jahe instant ukuran 100 gram dan aneka variasinya. Seperti kopi jahe instan, susu jahe instan, serta teh jahe instan. "75% produk saya berupa jahe instan," ujar bapak 46 tahun ini. Dalam sebulan, Hendrawan meraup omzet antara Rp 10 juta sampai Rp 11 juta. Usaha Hendrawan bermula pasca tsunami Aceh. Sang istri yang lumpuh akibat rematik selama dua bulan sembuh gara-gara memakai parutan jahe merah untuk kakinya.

Maka Hendrawan pun bertekad memasarkannya dalam produk bubuk instan di bawah bendera UD Aneu Nanggroe Cut Ti. Merek produknya Cut Ti sesuai nama istrinya. Ternyata produknya mendapat tanggapan positif dari masayarakat Aceh. Bahkan permintaan produknya sampai ke Palembang, Malaysia dan Timur Tengah.

Maka dengan mudah, Hendrawan mendapat hibah dari NGO sebesar Rp 40 juta. Modal tersebut digunakannya untuk membeli mesin penggiling, mesin pengaduk dan mesin pembungkus. Satu kotak jahe instan dihargai Rp 15.000 di tingkat pengecer. dari harga tersebut Hendrawan mendapat margin sampai 45%. Untuk bahan bakunya, Hendrawan mengaku agak kesulitan mendapatkannya dan masih mahal harganya. Satu kilo jahe merah dibanderol Rp 25.000. Dari sekilo jahe merah bisa dihasilkan minimal 15 kotak jahe instant. "Setiap bulan saya butuh 150 kilo jahe merah," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie