Mereguk potensi air minum kemasan



JAKARTA. Sekarang merek Aqua seolah menjadi nama produk air minum dalam kemasan (AMDK). Tukang asongan di jalan kerap berteriak, "Aqua.. Aqua...", padahal yang dijual merek lain. Tapi, bukan tidak mungkin sebutan itu berubah.  Sejumlah konglomerasi semakin serius menggarap bisnis AMDK dengan ambisi ingin menjadi penguasa pasar.

Sadar dominasi Aqua besutan PT Tirta Investama masih kuat, kompetitor melaju dengan berbagai strategi. Grup Sinar Mas melalui merek Prestine contohnya, tak mau head to head dengan Aqua. Grup perusahaan milik taipan Eka Tjipta Widjaja itu memilih mengemas AMDK dengan nilai lebih (value added) berupa alkaline water. Target Prestine pasar menengah atas.

Grup Sinar Mas yakin, Prestine bisa memikat konsumen yang mendambakan gaya hidup sehat. "Saat ini Prestine masih fokus di segmen yang belum terlalu digarap pemain lain walaupun tak tertutup kemungkinan kami masuk segmen air mineral biasa suatu saat nanti," ungkap Dicky Saelan, Manager Marketing Prestine kepada KONTAN, Kamis (13/10).


Penjualan Prestine tahun lalu melesat lebih dari 300%. Pencapaian itu juga menjadi target manajemen Prestine tahun ini. Berangkat dari proyeksi pasar itu, perusahaan bermaksud membangun fasilitas manufaktur kedua di Pandaan, Jawa Timur.

Konglomerasi lain yaitu Grup Salim, melenggang melalui PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Pada tahun 2013, Indofood CBP membeli merek Club senilai Rp 2,2 triliun. Dalam berbisnis AMDK, Indofood CBP juga berkongsi dengan Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte. Ltd.

Ada pula Grup Mayora yang menjajakan Le Minerale, melalui PT Tirta Fresindo Jaya. Berbeda dengan Prestine yang menghindari pemain utama, bisa dibilang positioning Le Minerale justru memepet Aqua. Pusat produksi Le Minerale di Pasuruan, Jawa Timur dan Ciawi , Jawa Barat.

Hanya saja, kiprah Grup Mayora berbisnis AMDK tak mulus. Belum lama ini perusahaan mengaku Tirta Investama merecoki penjualan Le Minerale di kalangan pedagang atau toko. (Harian KONTAN, 4 Oktober 2016).

PT Akasha Wira International Tbk, perusahaan yang berbisnis inti AMDK, tak ragu berhadapan langsung dengan Aqua. Maka , perusahaan menyasar pasar menengah atas lewat merek Nestle Pure Life.

Th. M. Wisnu Adjie, Direktur PT Akasha Wira International Tbk tak menampik jika banyak pemain AMDK yang memilih pasar menengah bawah. Sebut saja merek Club dan Dua Tang. "Itu area harga  yang tidak ingin kami masuki. Sebab harga kami tidak akan turun tapi akan terus naiki tergantung inflasi," terangnya saat ditemui KONTAN di Kantor PT Akasha Wira Tbk, Jakarta Kamis (20/10).

Ribuan merek bersaing

Potensi bisnis AMDK bagaikan pisau bermata dua. Richard Haris, Marketing Director PT Akasha Wira bilang, kerap mendapati persaingan bisnis yang tidak sehat. "Namun dari Nestle sendiri sebetulnya balik lagi, bagaimana kami menanggapinya, dengan persuasi dan pendekatan kepada outlet," katamya.

Tahun lalu, Akasha Wira  menambah pabrik di Surabaya, Jawa Timur. Maka dari itu, tahun ini perusahaan menargetkan pertumbuhan penjualan 20%-30%.

Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menargetkan pertumbuhan bisnis AMDK tahun ini antara 9%-10%, menjadi 26,2 miliar liter - 26,4 miliar liter. Ada  700 unit usaha AMDK dengan 2.000 merek.

Rachmat Hidayat, Ketua Umum Aspadin mengatakan, merek Aqua, Nestle Pure Life, Club, Ades, Oasis, Cleo dan Amidis masih mendominasi penjualan nasional. Namun di tingkat lokal, pemain daerah juga mengail ceruk pasar di toko-toko tradisional.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini