KONTAN.CO.ID - Aksi boikot anti-Barat melanda Timur Tengah. Merek-merek perusahaan Amerika dan Eropa terkena dampak boikot di seluruh kawasan tersebut. Sebagai gantinya, konsumen memilih dan beralih ke produk alternatif lokal. Langkah ini dilakukan sebagai aksi protes terhadap dukungan pemerintah negara-negara Barat terhadap Israel di tengah perang di Gaza. Sejumlah merek ternama di Amerika termasuk McDonalds, Starbucks, Coca-Cola, dan Domino’s Pizza telah menjadi sasaran kampanye boikot. Pun demikian dengan Puma di Jerman dan jaringan supermarket Prancis Carrefour.
Melansir
Reuters, Parlemen Turki mulai minggu lalu melarang produk Coca-Cola dan Nestlé buatan Swiss. “Produk perusahaan yang mendukung Israel tidak akan dijual di restoran, kafetaria, dan kedai teh di dalam kampus parlemen,” kata Majelis Agung Nasional Turki dalam sebuah pernyataan. Pernyataan parlemen Turki memang tidak menyebut langsung merek yang dihapus dari menu. Akan tetapi, seorang sumber di parlemen Turki mengatakan bahwa produk yang dihapus dari menu adalah Coca Cola dan kopi instan Nestle. Keputusan tersebut diambil sebagai respons atas tuntutan masyarakat. Stiker di tiang lampu dan halte bus di Istanbul, yang sebagian besar penduduknya pro-Palestina, juga menyatakan bahwa “Starbucks mendukung Israel”.
Baca Juga: Tank-Tank Israel Kepung RS Al Shifa di Gaza, 32 Pasien Meninggal Termasuk 3 Bayi Langkah tersebut diduga terinspirasi oleh tindakan hukum yang diambil perusahaan kopi tersebut terhadap serikat pekerjanya karena mengunggah pernyataan pro-Palestina di media sosial. Dorongan untuk menjauh dari merek-merek Amerika berarti menjadi berkah bagi beberapa merek regional. Salah satu pemenang terbesar dilaporkan adalah pembuat soda asal Mesir, Spiro Spathis. Mengutip
The Telegraph, Spiro Spathis didirikan pada tahun 1920. Akan tetapi, popularitas produknya telah memudar selama beberapa dekade karena kesulitan bersaing dengan pesaing asing. Menurut media Mesir, kini, kondisi bisnisnya berbalik. Penjualan Spiro Spathis meroket sebesar 300% sebagai akibat dari boikot produk Barat. McDonald's juga mendapat kecaman pada bulan lalu ketika operator waralaba restoran cepat saji Israel mengatakan mereka telah menyumbangkan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel. Meskipun logo McDonald’s dapat dilihat di seluruh dunia, restoran tersebut terkadang merupakan waralaba yang dijalankan oleh perusahaan lokal.
Baca Juga: Konflik di Timur Tengah Memanas, Investor Tarik Dana Jumbo dari Arab Saudi Entitas McDonald's di Kuwait, misalnya, mengatakan pada awal November bahwa mereka telah menyumbangkan US$ 250.000 (£204.532) kepada Bulan Sabit Merah Kuwait untuk upaya bantuan di Gaza. Mereka juga menegaskan bahwa mereka 100% perusahaan Kuwait, yang dimiliki dan dioperasikan oleh Al Maousherji.
“McDonald's di tingkat global tidak mendapatkan bagian apa pun dari keuntungan ini... Sejak awal, kami bangga dengan identitas Kuwait, Arab, dan Islam kami,” kata entitas McDonald's Kuwait dalam sebuah pernyataan, yang juga mengunggah gambar warga Palestina. McDonald’s Corporation mengatakan pihaknya kecewa dengan disinformasi dan laporan yang tidak akurat mengenai posisi perusahaan dalam menanggapi konflik di Timur Tengah. McDonald's Corporation dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak mendanai atau mendukung pemerintah mana pun yang terlibat dalam konflik ini. "Tindakan yang diambil oleh mitra pemberi izin lokal dilakukan secara independen tanpa izin atau persetujuan McDonald’s. Hati kami bersama semua komunitas dan keluarga yang terkena dampak krisis ini,” jelas perusahaan.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie