KONTAN.CO.ID - Gap Inc mengatakan, akan memangkas sekitar 1.800 pekerjaan dalam putaran kedua pemutusan hubungan kerja (PHK) pada Kamis (27/4). Gap menyusul sejumlah perusahaan besar Amerika Serikat (AS) yang sungguh-sungguh melakukan perampingan karena inflasi tinggi menggerogoti dompet konsumen. Saham induk Banana Republic itu naik sekitar 2% pada awal perdagangan.
Pada bulan September, Gap memberhentikan sekitar 500 pekerja korporat di berbagai departemen karena berjuang untuk melindungi margin dan melawan lemahnya penjualan. Pada 28 Januari, Gap memiliki sekitar 95.000 karyawan. Korporasi AS selama beberapa bulan terakhir berusaha mengendalikan pengeluaran, mulai dari raksasa teknologi seperti Meta Platforms Inc induk Facebook dan Alphabet Inc hingga pengecer seperti Clorox Co. Gap memperkirakan akan mengambil sekitar US$100 juta hingga US$120 juta dalam biaya agregat sebelum pajak - yang terdiri dari sekitar $75 juta hingga $85 juta dalam biaya terkait karyawan - sebagai akibat dari pengurangan tenaga kerja, yang diharapkan akan selesai pada akhir paruh pertama tahun fiskal 2023.
Baca Juga: Bisnis Cloud Lesu, Dropbox akan Memangkas Tenaga Kerja Globalnya Sebanyak 16% The Wall Street Journal pertama kali melaporkan putaran baru PHK awal pekan ini. Pada bulan Maret, Gap membukukan kerugian kuartal keempat yang lebih besar dari perkiraan dan perkiraan penjualan 2023 di bawah ekspektasi. Terkena imbas permintaan yang melambat untuk pakaiannya dan tantangan seputar inventaris usang di merek Old Navy-nya. Konsumen, terutama di kalangan berpenghasilan rendah hingga menengah, telah membatasi pengeluaran untuk barang-barang yang tidak penting, yang berdampak pada penjualan pakaian jadi dengan keempat merek Gap membukukan penurunan penjualan di kuartal keempat. Perusahaan berada di tengah transisi CEO setelah Sonia Syngal mengundurkan diri tahun lalu dan saat ini dipimpin sementara oleh Kepala Eksekutif Bob Martin.
Editor: Yudho Winarto