Betapa tak terkira akibat gempa di bumi Sulawesi Tengah ini. Banyak sekali korban jiwa yang terenggut sepekan ini telah tercatat 1.400-an orang. Namun diduga masih ribuan warga Palu, Sigi, Donggala yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan dan lumpur. Serangkaian gempa yang berpuncak M 7,4 ini memang luar biasa kekuatannya. Semula Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat ragu sendiri dengan peringatan dini tsunami. Tapi ternyata gelombang air laut hingga 3 meter itu begitu cepat menyapu daratan tak lama setelah munculnya serentetan gempa bumi. Tak hanya itu, likuefaksi pun menenggelamkan seribuan rumah di Perumnas Balaroa ke dalam lumpur pasir. Faktanya, wilayah teluk Palu gawat, masuk dalam kawasan rawan gempa bumi tinggi. Daerah bertanah endapan yang rentan likuefaksi ini terletak tepat di sesar Palu-Koro yang merupakan pertemuan lempeng Eurasia yang relatif stabil dengan lempeng Pasifik yang terus mendesak ke arah barat laut dengan kecepatan 12 cm per tahun. Sesar Palu-Koro ini memanjang ke utara dari daratan hingga lautan dengan pantai yang curam sedalam 300 meter. Ketika antarlempeng bergesekan dengan kecepatan tinggi, jurang pantai itu pun mendorong air laut yang lalu berbalik jadi tsunami.
Merelokasi warga Palu
Betapa tak terkira akibat gempa di bumi Sulawesi Tengah ini. Banyak sekali korban jiwa yang terenggut sepekan ini telah tercatat 1.400-an orang. Namun diduga masih ribuan warga Palu, Sigi, Donggala yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan dan lumpur. Serangkaian gempa yang berpuncak M 7,4 ini memang luar biasa kekuatannya. Semula Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat ragu sendiri dengan peringatan dini tsunami. Tapi ternyata gelombang air laut hingga 3 meter itu begitu cepat menyapu daratan tak lama setelah munculnya serentetan gempa bumi. Tak hanya itu, likuefaksi pun menenggelamkan seribuan rumah di Perumnas Balaroa ke dalam lumpur pasir. Faktanya, wilayah teluk Palu gawat, masuk dalam kawasan rawan gempa bumi tinggi. Daerah bertanah endapan yang rentan likuefaksi ini terletak tepat di sesar Palu-Koro yang merupakan pertemuan lempeng Eurasia yang relatif stabil dengan lempeng Pasifik yang terus mendesak ke arah barat laut dengan kecepatan 12 cm per tahun. Sesar Palu-Koro ini memanjang ke utara dari daratan hingga lautan dengan pantai yang curam sedalam 300 meter. Ketika antarlempeng bergesekan dengan kecepatan tinggi, jurang pantai itu pun mendorong air laut yang lalu berbalik jadi tsunami.