Merespon Penurunan BI Rate, Sejumlah Bank Mulai Turunkan Bunga Depositonya



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Merespon turunnya suku bunga acuan BI, sejumlah perbankan terlihat mulai ada yang menurunkan bunga depositonya.

Kendati Berdasarkan data Bank Indonesia, Suku bunga simpanan meningkat pada tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, masing-masing sebesar 4,76%, 5,47%, 5,46%, dan 5,93% pada Agustus 2024, setelah pada Juli 2024 masing masing tercatat sebesar 4,75%, 5,41%, 5,44$, dan 5,87%.

Di sisi lain, suku bunga simpanan pada tenor 24 bulan pada Agustus 2024 menurun menjadi 4,29%, dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 4,39%.


Adapun sejumlah perbankan yang mulai menurunkan bunga depositonya, yakni PT Bank Central Asia (BCA) yang melakukan pemangkasan bunga deposito sebesar 25 basis poin (bps) untuk tenor 3 bulan, dari 3,25% menjadi 3,00% efektif per 1 Oktober 2024.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menjelaskan, bahwa keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain kondisi likuiditas, situasi pasar, serta suku bunga acuan BI Rate.

“Berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut, kami menurunkan suku bunga deposito rupiah tenor 3 bulan sebesar 25 bps menjadi 3,00%, untuk seluruh tier simpanan,” kata Hera kepada kontan.co.id. 

Baca Juga: Menyoroti Dampak Penurunan Suku Bunga ke Investasi Reksadana

Hera menerangkan, bahwa hal tersebut merupakan upaya dalam menyeimbangkan likuiditas dengan kredit bank.

“BCA senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko,” tandasnya.

Dengan demikian, suku bunga deposito rupiah BCA saat ini bervariasi, bunga deposito paling tinggi berada pada level 3,25% per tahun, sedangkan terendah sebesar 2,00% per tahun.

Merespon turun nya suku bunga BI, Yuddy Renaldi, Direktur Utama bank BJB menyampaikan, bahwa bank BJB juga turut menyesuaikan suku bunga yang diberikan kepada deposan dengan besaran antara 25-50 bps tergantung daripada besarnya dana yang disimpan dan juga tenor yang dipilih untuk penempatan dananya di bank.

"Di awal Oktober 2024 ini, bunga deposito di Bank BJB mulai dari 3,50% hingga 5,00%. Tergantung dari penempatan suku bunga deposito sesuai dengan tenor yang ditempatkan," kata Yuddy.

Di sisi lain, Yuddy menyebut, untuk instrumen lain nasabah tetap ada porsinya, karena pada prinsipnya nasabah pun mendiversifikasi intrumen yang dipilih untuk penempatan dananya.

"Deposito dan obligasi misalkan memiliki tingkat risiko yang berbeda sehingga keduanya dapat dijadikan alternatif investasi nasabah," ucapnya.

Yuddy juga memproyeksikan dana pihak ketiga (DPK) sampai dengan akhir tahun masih akan tumbuh namun tetap dijaga pada level yang optimal sehingga tidak terlalu membebani pada biaya dana.

Baca Juga: Tak Mau Kalah Saing, BPR Terus Transformasikan Layanan Digital

"Strategi dalam mengoptimalkan DPK yakni dengan menjaga LDR pada level yang optimal, mengelola ekosistem keuangan untuk dapat memperoleh dana murah, dan tentu aset and liabilities management yang baik," imbuhnya.

Sementara SVP Retail Deposit Product and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati mengatakan, bahwa penurunan suku bunga di pasar tentunya menjadi pertimbangan bagi perbankan termasuk Bank Mandiri untuk melakukan penyesuaian suku bunga dan mereview kembali target-target yang telah ditetapkan perseroan agar penghimpunan DPK tetap in-line dengan penyaluran kredit. 

"Selain mempertimbangkan trend penurunan bunga acuan, Bank Mandiri juga senantiasa mengamati trend perkembangan suku bunga di pasar, kondisi likuiditas perbankan dalam penentuan suku bunga yang akan ditawarkan, dan strategi perseroan dalam menjaga cost of fund," ujar Evi.

Saat ini bunga deposito Bank Mandiri baik rupiah dan valas masih stabil, dengan imbal hasil Deposito bervariasi sesuai jangka waktu hingga 2,5% per tahun untuk IDR dan untuk Deposito Valas USD hingga 1,75% per tahun. Bunga deposito rupiah Bank Mandiri memang tidak berubah sejak November 2022. 

Direktur SME and Retail Funding Bank BTN, Muhammad Iqbal juga menyampaikan, terkait penurunan suku bunga deposito, Bank BTN tentunya mengikuti perkembangan suku bunga acuan BI sebagai salah satu faktor utama. 

"Saat ini, bunga deposito Bank BTN untuk tenor 3 bulan berkisar di angka 4,4%. Namun, kami senantiasa memantau perkembangan pasar dan menyesuaikan strategi kami untuk menjaga keseimbangan antara daya saing dan likuiditas," jelas Iqbal.

Menurutnya, meskipun ada penurunan suku bunga, deposito masih menjadi pilihan menarik bagi nasabah yang mencari keamanan dan stabilitas.

"Kami terus berupaya memberikan layanan terbaik dan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah untuk menjaga minat terhadap deposito, meskipun suku bunga turun," katanya.

Baca Juga: Bunga Turun, Dapen Alihkan Dana Deposito

Iqbal juga menargetkan, Deposito Ritel hingga akhir tahun naik sebesar 8,9% dibanding tahun lalu. Dengan mengandalkan berbagai strategi, termasuk program2 yang menarik dan kompetitif serta layanan digital yang memudahkan nasabah dalam bertransaksi. Penurunan suku bunga acuan juga diimbangi dengan diversifikasi produk perbankan untuk mengoptimalkan pertumbuhan DPK.

Jika dilihat dari laman resminya, suku bunga deposito rupiah BTN saat ini bervariasi, bunga deposito paling tinggi berada pada level 5,00% per tahun, sedangkan terendah sebesar 1,00% per tahun.

Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo pun menilai, jika bunga deposito turun, ada kemungkinan nasabah akan mempertimbangkan instrumen investasi lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Menurutnya, deposito masih akan menarik bagi nasabah yang mencari keamanan dan stabilitas, namun bagi mereka yang berorientasi pada keuntungan, penurunan bunga deposito bisa memicu peralihan ke instrumen lain seperti obligasi, reksa dana, atau produk berbasis pasar modal. 

"Khususnya nasabah dengan profil risiko yang lebih tinggi mungkin akan mencari alternatif dengan potensi keuntungan lebih besar," ujarnya.

Dengan suku bunga yang lebih rendah, instrumen seperti obligasi pemerintah (SBN), reksa dana pendapatan tetap, atau obligasi korporasi dinilai masih akan menarik bagi nasabah yang menginginkan imbal hasil lebih tinggi tetapi dengan risiko yang terukur.

Selain itu, instrumen pasar saham atau produk fintech investasi juga disebut Arianto mungkin menjadi pilihan menarik bagi nasabah dengan risiko lebih agresif, terutama di tengah tren suku bunga rendah yang dapat mendorong pasar modal naik

"Ke depan, tren penurunan suku bunga mungkin akan memaksa bank untuk mengembangkan strategi inovatif dalam menggenjot DPK," kata Arianto.

Bank disebut Arianto perlu menawarkan produk-produk yang lebih fleksibel, seperti deposito berjangka menengah atau panjang dengan bunga yang kompetitif. Selain itu, bank bisa memperluas portofolio produk investasi seperti reksa dana atau obligasi untuk menjaga minat nasabah.

Baca Juga: Ketegangan di Timur Tengah dan Sikap Hawkish The Fed Dorong Penguatan Emas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati