Merger & Akuisisi Dukung Prospek Jangka Panjang, Cek Rekomendasi Saham XL Axiata



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) bakal memacu persaingan lebih ketat di industri telekomunikasi seiring rencana merger dan akuisisi. Upaya penggabungan usaha tersebut akan menambah cakupan bisnis dan jumlah pelanggan EXCL.

Analis Ciptadana Sekuritas, Gani tetap melihat daya tarik pada EXCL karena adanya aksi Merger dan Akuisisi (M&A). Selain itu, lanskap persaingan layanan data seluler diharapkan bakal semakin membaik.

Menurut Gani, EXCL dan FREN sangat disarankan untuk bergabung agar bisa bersaing dengan TLKM dan ISAT. Bila merger terlaksana, penggabungan bisnis EXCL dan FREN diperkirakan akan menciptakan perusahaan dengan sekitar 100 juta pelanggan, serta spektrum gabungan sebesar 152 MHz yang hampir setara dengan Telkomsel.


Berdasarkan catatan Kontan.co.id, manajemen XL Axiata menyampaikan bahwa merger antara EXCL dan FREN ditargetkan selesai di akhir tahun 2024. Saat ini, proses penggabungan usaha tersebut sudah masuk tahap due diligence alias uji tuntas.

Selain itu, EXCL telah merampungkan akuisisi 750.000 pelanggan Link Net (LINK) di akhir September 2024 lalu. Pengalihan aset ini diharapkan memperkuat penetrasi layanan fixed broadband (FBB) XL, serta mendorong pertumbuhan pasar internet fiber di Indonesia.

Baca Juga: Kinerja Solid Hingga Kuartal Ketiga, Simak Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL)

Di lain sisi, Gani mengamati, EXCL juga telah mulai mengerek tarif paket data mulai pada Agustus - September sekitar 5% pada layanan seluler XL dan Axis. Langkah ini dianggap positif yang telah tercermin pada hasil pendapatan ataupun ARPU yang lebih kuat di bulan Oktober.

‘’EXCL menaikkan tarif pada Agustus-September akan tercermin hasilnya pada kuartal empat, selama persaingan tidak memburuk dan kondisi ekonomi makro membaik,’’ ujar Gani dalam riset 8 November 2024.

Gani mengharapkan, kinerja EXCL bakal berangsur pulih pada kuartal terakhir tahun ini. Seperti diketahui, pendapatan dan laba EXCL lesu di kuartal ketiga yang dipengaruhi daya beli dan makroekonomi yang lemah, meningkatnya ISP Ilegal seperti RT/RW Net, serta persaingan yang lebih ketat dengan operator telekomunikasi lainnya.

Kondisi daya beli beli yang lemah telah menahan perang harga besar-besaran di industri telekomunikasi. Sedangkan, meningkatnya jaringan ISP Ilegal di masyarakat telah menekan bisnis internet rumah yang ditawarkan oleh XL Axiata.

Baca Juga: Kinerja Kuartalan Emiten Telekomunikasi Masih Negatif

Menariknya, EXCL berhasil mendapatkan 0,1 juta pelanggan baru dan mengakhiri kuartal ketiga dengan jumlah 58,6 juta pelanggan. Ini menyiratkan bahwa basis pelanggan EXCL saat ini mengonsumsi lebih sedikit data per pelanggan, sebagaimana digambarkan dari konsumsi data per jumlah pelanggan yang turun dari 15,3 GB/pelanggan/bulan pada kuartal kedua menjadi 14,5 GB pada kuartal ketiga 2024.

Dalam pandangan Ciptadana Sekuritas, tren ini menunjukkan beberapa skenario yang mungkin seperti peningkatan praktik dual-SIM dengan beberapa lalu lintas keluar dari jaringan EXCL karena beberapa pelanggan mencari promosi yang lebih besar di operator lain.

Alhasil, EXCL mencatatkan laba bersih kuartalan turun sekitar 39,8% qoq dan -16,4% yoy menjadi Rp 292 miliar. Hasil ini mengikuti terkontraksinya pendapatan emiten telko tersebut di kuartal ketiga yang lebih rendah 3.5% qoq dan -2.5% yoy menjadi Rp 8.3 triliun, sejalan dengan tren industri.

Walaupun demikian, laba bersih EXCL telah mencapai Rp 1.3 triliun yang bertumbuh signifikan 31.7% yoy selama periode Januari – September 2024. Selain itu, pendapatan EXCL terpantau bertumbuh 6.3% yoy menjadi Rp 25.37 triliun.

‘’Kami melihat peluang menarik dari permainan Merger dan Akuisisi, dan kami mengharapkan perbaikan yang relatif cepat pada lanskap persaingan seluler,’’ jelas Gani.

 
EXCL Chart by TradingView

Analis Verdhana Sekuritas Nicolas Santoso menyoroti bahwa segmen seluler memang menjadi pendorong utama pertumbuhan EXCL di sepanjang tahun ini. Dari total pendapatan, segmen layanan seluler mengantongi pendapatan mencapai Rp 7,7 triliun pada kuartal ketiga dan sebesar Rp 24,1 triliun selama Januari – September 2024.

Sementara, pendapatan rata-rata per pengguna atau Average Revenue Per User (ARPU) EXCL menurun -6.8% qoq menjadi Rp41.000 per bulan dengan total basis pelanggan mencapai 58,6 juta pengguna per akhir kuartal ketiga 2024. Namun di sepanjang tahun, ARPU Gabungan EXCL tercatat sebesar Rp 43 ribu per bulan, lebih tinggi dibandingkan Rp 41 ribu per akhir September 2023 lalu.

Nicholas mengaitkan penurunan ARPU ataupun profitabilitas EXCL secara kuartalan tersebut dengan daya beli yang lemah dan lanskap persaingan industri telekomunikasi yang masih ketat. Selain itu, kuartal ketiga memang musim yang lambat secara historis dan kemungkinan kinerja tertekan meningkatnya kehadiran ISP ilegal.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL) usai Laba Naik 31,67% per Kuartal III 2024

Meskipun demikian, Dia memperkirakan kinerja EXCL akan lebih baik di kuartal keempat tahun ini. Walaupun kondisi daya beli masyarakat mungkin masih lemah yang biasanya dikaitkan dengan ARPU yang rendah.

‘’Kami mengantisipasi kuartal empat akan lebih baik daripada kuartal ketiga bagi EXCL, meskipun dengan latar belakang daya beli yang lemah,’’ ujar Nicholas dalam riset 11 November 2024.

Nicholas mempertahankan rekomendasi beli untuk EXCL dengan target harga tidak berubah pada Rp 2.600 per saham. Gani juga masih menyarankan Beli untuk EXCL, namun dengan target harga dipangkas menjadi Rp 3.000 per saham dari sebelumnya Rp 3.200 per saham.

Selanjutnya: Daya Beli Sulit, Masyarakat Makin Menjerit Dihantam Kenaikan Tarif PPN 12%

Menarik Dibaca: Sistem Face Recognition di Stasiun Kereta Telah Digunakan 5,85 Juta Kali Selama 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati