Merger BNI Syariah dan UUS BTN masih dalam tahap penjajakan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua bank plat merah yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) sejak tahun lalu dikabarkan akan menggabung bisnis syariah mereka. Rencananya, PT Bank BNI Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) BTN akan dimerger usai wacana holdingisasi industri keuangan rampung.

Meski begitu, Direktur BNI Rico Rizal Budidarmo menjelaskan bahwa merger tak menjadi satu-satunya strategi ekspansi anak usahanya. Bank berlogo 46 ini juga punya rencana lain yaitu menjadikan BNI Syariah sebagai perusahaan terbuka alias initial public offering (IPO). Hanya saja, Rico menjelaskan bahwa saat ini kondisi pasar modal di Indonesia masih belum stabil, maka dari itu rencana IPO tidak menjadi prioritas perseroan saat ini.

"Untuk aksi korporasi yang disiapkan dua sisi, pertama efisiensi yaitu merger sebagaimana arahan Kementerian BUMN bahwa industri yang sama digabung agar efisien. Kedua IPO tapi menunggu saat yang tepat," ujar Rico di Jakarta, Senin (23/4) lalu.


Lagipula, untuk kebutuhan ekspansi anak usahanya tersebut, bank berlogo 46 ini telah menyuntikkan tambahan modal ke BNI Syariah sebesar Rp 1 triliun. Dana tersebut akan dipakai untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah.

Menanggapi hal tersebut, Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan injeksi modal tersebut dicairkan pada bulan Desember 2017 lalu. "Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kinerja, antara lain ekspansi pembiayaan jangka pendek dan jangka menengah," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (25/4).

Sebagian lain modal itu nantinya juga akan dipergunakan untuk mendorong teknologi digital perbankan BNI Syariah. Sementara untuk rencana merger dan IPO, Dhias menyatakan pihaknya menunggu keputusan BNI induk selaku pemegang saham.

"Terkait wacana merger maupun IPO, masih dalam tahap kajian internal dengan BNI induk selaku pemegang saham pengendali," katanya.

Sebagai informasi tambahan saja, BNI Syariah per kuartal I-2018 berhasil membukukan kinerja yang positif, antara lain laba bersih yang berhasil mencapai Rp 94,48 miliar atau naik 21,69% dibanding posisi Maret 2017 yang sebesar Rp 77,64 miliar.

Selain laba yang tercatat naik, aset BNI Syariah pada Maret 2018 juga naik sebesar 29,07% menjadi Rp 38,54 triliun. Hal ini didorong peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 27,7% menjadi Rp 30 triliun. Serta pembiayaan yang tumbuh 11% di kuartal I 2018 menjadi Rp 23,7 triliun.

Sebelumnya, Direktur BTN Mahelan Prabantarikso menjelaskan untuk rencana penggabung dua anak usaha bank tersebut pihaknya masih menanti keputusan Kementerian BUMN.

Menurutnya, bila rencana itu berlangsung maka BTN harus terlebih dahulu melakukan spin off UUS sebelum akhirnya merger. Lantaran masih dalam tahap pembahasan, BTN pun masih memasukkan spin off UUS BTN dalam rencana bisnis bank (RBB) pada tahun 2023 mendatang.

"Kami tunggu holdingisasi, kalau di RBB kami spin off UUS tahun 2023 sesuai aturan OJK," katanya.

Sementara itu, kinerja UUS BTN juga membukukan pertumbuhan signifikan di kuartal I-2018. Salah satunya tercermin dari perolehan laba bersih sebessar Rp 116,32 miliar atau naik 24,02% dibandingkan laba periode tahun sebelumnya Rp 93,79 miliar.

Selain laba, aset UUS BTN juga naik tajam 31,03% secara yoy menjadi Rp 23,31 triliun. Ditopang oleh kenaikan DPK 28,82% per kuartal I 2018 menjadi Rp 18,72 triliun.

Sementara sisi intermediasi, pembiayaan UUS BTN turut naik 26,94% yoy menjadi Rp 18,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat