JAKARTA. Memiliki jiwa sosial tinggi yang terbentuk dari lingkungan dan dukungan orang tua, mengantarkan Batius menjadi penggiat yayasan yang berfokus pada pelayanan bagi korban penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS. Yayasan yang dia namakan Kelima ini mulai berdiri pada tahun 2003. Pada saat itu, pengguna narkoba sedang berkembang pesat. Banyak anak muda di lingkungan sekitarnya yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika, obat psikotropika, dan zat adiktif lain (Napza). Sampai saat ini, Yayasan Kelima sudah menangani ribuan pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS, bekerjasama dengan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta bidang Prevensi dan Instalasi Napza Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor. Saat ini, yayasan ini sudah mempekerjakan 60 pengurus yang semuanya digaji. Pasien di yayasan rintisannya ini berasal dari beragam latar belakang, mulai kalangan bahwa, menengah, hingga kalangan atas. Untuk kalangan menengah atas, yayasan ini mematok biaya perawatan Rp 3 juta per bulan. Tetapi untuk kalangan menengah ke bawah, yayasan ini tidak memungut biaya. "Makanya harus ada subsidi silang," ujar Batius.
Merintis yayasan korban narkoba dan HIV/AIDS
JAKARTA. Memiliki jiwa sosial tinggi yang terbentuk dari lingkungan dan dukungan orang tua, mengantarkan Batius menjadi penggiat yayasan yang berfokus pada pelayanan bagi korban penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS. Yayasan yang dia namakan Kelima ini mulai berdiri pada tahun 2003. Pada saat itu, pengguna narkoba sedang berkembang pesat. Banyak anak muda di lingkungan sekitarnya yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika, obat psikotropika, dan zat adiktif lain (Napza). Sampai saat ini, Yayasan Kelima sudah menangani ribuan pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS, bekerjasama dengan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta bidang Prevensi dan Instalasi Napza Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor. Saat ini, yayasan ini sudah mempekerjakan 60 pengurus yang semuanya digaji. Pasien di yayasan rintisannya ini berasal dari beragam latar belakang, mulai kalangan bahwa, menengah, hingga kalangan atas. Untuk kalangan menengah atas, yayasan ini mematok biaya perawatan Rp 3 juta per bulan. Tetapi untuk kalangan menengah ke bawah, yayasan ini tidak memungut biaya. "Makanya harus ada subsidi silang," ujar Batius.