Merk jam tangan mewah Panerai kehilangan pasar terbesarnya di Hong Kong



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Hong Kong kehilangan status sebagai pasar terbesar jam tangan buatan Swiss selama satu dekade. Penjualan di pasar ini belakangan makin terkejar oleh daerah ini.

Jean-Marc Pontroué, CEO perusahaan jam Swiss terkenal Panerai berkata aksi protes yang terjadi selama berbulan-bulan telah menurunkan angka kunjungan wisata ke Hongkong. Hal ini membuat Hongkong harus menyerahkan kepemimpinannya ke Amerika Serikat dan China sebagai pasar terbesar mereka.

Baca Juga: Berada di kisaran US$ 1,7 triliun, valuasi Saudi Aramco tak capai target


Hong Kong selama ini telah menjadi tempat penjualan terbesar jam tangan Swiss karena statusnya sebagai surga belanja. Tanpa pajak penjualan, gaya hidup yang eksotis dan butik pakaian mewah yang tak terhitung, Hong Kong menjadi kiblat bagi para shopper dari seluruh dunia. 

Selain itu juga karena kedekatannya dengan daratan China memberikan kemudahan akses bagi orang kaya di negara itu yang ingin membeli barang-barang mewah di Hong Kong.

Penjualan jam tangan menjadi salah satu yang terdampak atas aksi protes dan perang dagang AS-China yang menjerat Hongkong dalam resesi. 

Penjualan perhiasan termasuk jam tangan turun 41% pada September 2019 sejalan dengan pariwisata yang juga anjlok. Ekspor jam tangan Swiss ke Hongkong turun 4,6% pada bulan ini, menempatkan AS posisi pertama dalam industri ini.

Baca Juga: Terancam dimakzulkan, Trump: Pasar akan alami depresi, bukan cuma resesi

"Gangguan ini berdampak signifikan pada bisnis Panerai di Hongkong sebagai pusat keuangan Asia, namun penurunan itu diimbangi oleh permintaan yang lebih banyak di China, Korea Jepang dan Singapura." kata Pontroué.

Panerai bergabung dengan produsen barang mewah lainnya dalam memperluas jejaknya di daratan China dengan menyasar kelompok konsumen terbesar di dunia.

Panerai berencana untuk membuka lima toko tambahan di China sebelum Maret 2020. "Ke depan, ada ruang untuk mendirikan lebih banyak butik di negara ini, terutama di bandara," kata dia.

Meskipun pendapatan di Hong Kong berkurang, Pontroué optimis kota itu akan pulih setelah bentrokan selesai. "Setelah selesai, bisnis akan kembali normal dengan cepat, karena selera Hong Kong akan tetap hidup," katanya.

Baca Juga: Xinhua: China dan AS lakukan pembicaraan dagang yang konstruktif di akhir pekan

Editor: Tendi Mahadi