Merkel lebih dukung Macron jadi Presiden Prancis



BERLIN. Bagi Jerman pemilu yang menentukan di Prancis akhir pekan ini juga ada efeknya. Seperti dilaporkan Deutsche Welle, Jumat (5/5), jika Marine Le Pen menang, ibaratnya bencana bagi Berlin. Namun, Emmanuel Macron juga bisa jadi mitra tak sedap bagi Jerman.

Politik Jerman sudah terpukul akibat Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) dan terpilihnya Donald Trump jadi Presiden AS. Bagaimana kalau ultranasionalis Marine Le Pen menang di Prancis  akhir pekan ini?

Semua enggan memprediksi. Yang jelas  Prancis akan keluar dari zona Euro dan Uni Eropa (UE), dan hubungan Jerman- Prancis yang sudah dibangun sejak lama akan ambruk.


Menurut prediksi, Macron yang berhaluan tengah jelas unggul. Tetapi begitu juga halnya saat Brexit dan pemilu AS, dan ternyata kenyataannya berbeda. Kini Jerman resah.

"Memang itu keputusan rakyat  Prancis, dan saya tidak mau ikut campur," demikian Kanselir Jerman Angela Merkel.

Tapi, ia menekankan jelas akan senang jika Macron menang, karena Macron mendukung UE. Ketika berkunjung ke Universitas Humboldt di Berlin Januari lalu Macron sudah menekankan ia menyokong UE dan ia percaya kepada Jerman.

Kemudian Maret lalu Macron berkunjung lagi ke Berlin dan diterima Merkel. Awal tahun ini Le Pen juga berkunjung ke Jerman, tapi tidak bertemu dengan Merkel.

Claire Demesmay, pakar hubungan  Prancis- Jerman pada jaringan dan tangki pemikir Deutschen Gesellschaft für Auswärtige Politik, berpendapat yang penting bagi pemerintah Jerman adalah kenyataan bahwa pandangan Macron tentang politik Eropa sangat dekat dengan pandangan Jerman.

"Juga dalam masalah besar internasional, seperti soal Rusia, Suriah dan perdagangan bebas, persamaannya banyak," kata Demesmay. 

Di Perancis Macron juga mendapat kritik karena jadi satu-satunya calon dari 11 yang mendukung politik pengungsi Merkel.  Jika terpilih, bagi Berlin, Macron akan jadi mitra konstruktif. Tapi ia jelas tidak akan mengikuti semua kehendak Jerman. Macron tidak sependapat dengan Jerman soal utang-utang Eropa. Ia juga menganggap investasi Jerman di Perancis terlalu rendah.

(Pascal S. Bin Saju)

Editor: Rizki Caturini