Museum Hagia Sophia di Turki akan dijadikan masjid lagi, AS tak setuju



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat menolak dan menentang pengalihfungsian Hagia Sophia menjadi sebuah masjid. Bahkan AS mendesak pemerintah Turki agar tetap mempertahankannya sebagai sebuah museum warisan dunia.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada Rabu mendesak Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, untuk tidak mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Pompeo menyatakan bekas katedral Istanbul yang terkenal itu harus tetap terbuka untuk semua orang sebagai museum.

Erdogan, yang pada dasarnya penganut politik Islam, telah berpikir untuk mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid, yang memicu ketegangan dengan negara tetangga Yunani. Pompeo mengeluarkan pernyataan, seperti yang dilansir dari AFP (1/7/2020), menjelang keputusan pengadilan Turki yang menentukan apakah museum warisan dunia UNESCO itu benar-benar akan dialihfungsikan.

Baca Juga: Erdogan intip peluang investasi di balik konflik bersenjata di Libya

"Kami mendesak pemerintah Turki untuk terus mempertahankan Hagia Sophia sebagai museum, sebagai bentuk komitmennya untuk menghormati tradisi agama dan beragam sejarah yang membentuk Republik Turki, dan untuk memastikan tempat itu tetap dapat diakses oleh semua orang," kata Pompeo.

Pompeo melanjutkan bahwa AS memandang perubahan status Hagia Sophia akan mengurangi nilai warisan dari bangunan yang luar biasa dan tak tertandingi ini, karena sudah sangat jarang bangunan yang seperti itu di dunia modern ini. Sehingga, Hagia Sophia sangat dibutuhkan sebagai sebuah museum untuk menjembatani semua orang yang memiliki perbedaan tradisi agama dan budaya.

Baca Juga: Presiden Turki Erdogen kemungkinan akan kembali blokir media sosial, ini penyebabnya

Pompeo, yang seorang Protestan dan sering berbicara tentang hak-hak minoritas agama, berujar AS berharap untuk tetap dapat melakukan dialog dengan Turki mengenai pelestarian situs-situs keagamaan dan budaya. Pada Mei, para ulama berdoa di sana untuk merayakan hari penaklukan sebuah kota pada tahun 1453 oleh pasukan Ottoman, yang saat ini kota itu dikenal sebagai Konstantinopel.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie