JAKARTA. Sempat mengalami kebocoran mesin, produksi baja PT Krakatau Posco terganggu. Namun awal Februari, mesin itu sudah diperbaiki sehingga produksi kembali normal. Christy F Kasegar, Sekretaris Perusahaan PT Krakatau Posco mengatakan bahwa kebocoran itu sudah diperbaiki pada awal Februari lalu. "Kini sudah beroperasi normal," ujar Christy pada KONTAN, Senin (3/3). Pihaknya mengatakan pada 22 Februari lalu, sempat terdengar letupan hebat dari pabrik, namun ia mengatakan hal itu merupakan bagian dari proses produksi. "Saat itu ada bahan mentah yang dialirkan ke karung pasir, nah ada butiran-butiran air yang terperangkap. Ada letupan. Tapi tidak terjadi kerusakan ataupun mengganggu produksi," ujar Christy Sampai dengan 28 Februari, perusahaan patungan Krakatau Steel dengan Posco ini memproduksi 40.000 ton baja. Jumlah tersebut terdiri dari 33.000 ton produksi baja slab, dan 7.000 ton pelat baja. Padahal apabila tidak ada kebocoran kapasitas produksi mereka 7.000 ton - 8.000 ton per hari. Dengan asumsi pabrik, berproduksi setiap hari, dengan Januari ada 31 hari plus Februari ada 28 hari, maka pihaknya seharusnya memproduksi 413.000 ton - 472.000 ton sampai dengan 28 Februari. Adapun kapasitas produksi mereka dalam setahun adalah sebesar 3 juta ton baja yang terdiri dari 1,5 juta ton plate dan 1,5 juta ton slab. Pihaknya mengaku sudah memiliki pembeli baja produksi mereka. Ia mengatakan pembeli tersebut berasal dari sektor infrastruktur dan perkapalan, untuk menjadi bahan material tangki-tangki bejana tekan. Christy menjelaskan bahwa klien-klien mereka berasal dari domestik. Christy juga mengatakan pihaknya mengaku terkena dampak kenaikan nilai tukar dollar terhadap beban produksi mereka. Pasalnya mereka masih mengandalkan impor untuk bahan baku mereka. Adapun produksi baja produksi mereka terdiri dari 3 bahan baku utama yaitu batu bara, biji besi dan kapur. Untuk batu bara dan biji besi, karena butuh spesifikasi khusus, hampir 90% berasal dari impor, sisanya 10% dari produk lokal. Sementara itu untuk kapur, mereka 100% menggunakan produk lokal. Meski demikian, pihaknya mengaku bisa bertahan untuk memproduksi. Namun Christy tidak bisa menjelaskan seberapa besar profit yang masih bisa dicapai, dari selisih dengan beban produksi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mesin diperbaiki, produksi posco kembali normal
JAKARTA. Sempat mengalami kebocoran mesin, produksi baja PT Krakatau Posco terganggu. Namun awal Februari, mesin itu sudah diperbaiki sehingga produksi kembali normal. Christy F Kasegar, Sekretaris Perusahaan PT Krakatau Posco mengatakan bahwa kebocoran itu sudah diperbaiki pada awal Februari lalu. "Kini sudah beroperasi normal," ujar Christy pada KONTAN, Senin (3/3). Pihaknya mengatakan pada 22 Februari lalu, sempat terdengar letupan hebat dari pabrik, namun ia mengatakan hal itu merupakan bagian dari proses produksi. "Saat itu ada bahan mentah yang dialirkan ke karung pasir, nah ada butiran-butiran air yang terperangkap. Ada letupan. Tapi tidak terjadi kerusakan ataupun mengganggu produksi," ujar Christy Sampai dengan 28 Februari, perusahaan patungan Krakatau Steel dengan Posco ini memproduksi 40.000 ton baja. Jumlah tersebut terdiri dari 33.000 ton produksi baja slab, dan 7.000 ton pelat baja. Padahal apabila tidak ada kebocoran kapasitas produksi mereka 7.000 ton - 8.000 ton per hari. Dengan asumsi pabrik, berproduksi setiap hari, dengan Januari ada 31 hari plus Februari ada 28 hari, maka pihaknya seharusnya memproduksi 413.000 ton - 472.000 ton sampai dengan 28 Februari. Adapun kapasitas produksi mereka dalam setahun adalah sebesar 3 juta ton baja yang terdiri dari 1,5 juta ton plate dan 1,5 juta ton slab. Pihaknya mengaku sudah memiliki pembeli baja produksi mereka. Ia mengatakan pembeli tersebut berasal dari sektor infrastruktur dan perkapalan, untuk menjadi bahan material tangki-tangki bejana tekan. Christy menjelaskan bahwa klien-klien mereka berasal dari domestik. Christy juga mengatakan pihaknya mengaku terkena dampak kenaikan nilai tukar dollar terhadap beban produksi mereka. Pasalnya mereka masih mengandalkan impor untuk bahan baku mereka. Adapun produksi baja produksi mereka terdiri dari 3 bahan baku utama yaitu batu bara, biji besi dan kapur. Untuk batu bara dan biji besi, karena butuh spesifikasi khusus, hampir 90% berasal dari impor, sisanya 10% dari produk lokal. Sementara itu untuk kapur, mereka 100% menggunakan produk lokal. Meski demikian, pihaknya mengaku bisa bertahan untuk memproduksi. Namun Christy tidak bisa menjelaskan seberapa besar profit yang masih bisa dicapai, dari selisih dengan beban produksi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News