Berkembangnya waralaba minuman sari tebu membuat usaha pembuatan mesin giling tebu semakin manis. Tiap bulan, produsen bisa mendapat pemesanan empat unit mesin. Selain ukuran besar, mereka juga membuat mesin kecil.Bisnis pembuatan mesin giling tebu semakin manis seiring meningkatnya permintaan minuman sari tebu. Peningkatan permintaan dirasakan oleh pembuat mesin ini sejak tiga tahun lalu. Maklum, penggemar minuman tebu semakin banyak seiring munculnya waralaba minuman tebu. Supin, pemilik bengkel las dan bubut Nova Indah di Kudus, mengatakan, dulu permintaan alat giling tebu hanya datang di bulan tertentu. "Sekarang permintaan bisa tiga sampai empat unit rutin tiap bulan," katanya. Pria berusia 50 tahun yang telah berkecimpung di bisnis las sejak tahun 2000 ini memproduksi dua jenis mesin penggilingan tebu. Jenis pertama berukuran 25 cm x 25 cm dengan penggerak diesel. Satu unit mesin jenis ini dijual dengan harga Rp 27,5 juta. Mesin ini memiliki berat hingga 10 ton dan kapasitas pengolahan 10 ton tebu per harinya.Mesin jenis kedua, berukuran 15 cm x 15 cm tanpa mesin penggerak. Mesin ini hanya dilengkapi tiga rotor sehingga harganya lebih murah, yakni Rp 17 juta per unit. Supin mengaku, satu tahun belakangan ini, dia mengantongi omzet hingga Rp 110 juta per bulan hanya dari penjualan mesin giling tebu.Selain dari pemilik usaha pengolahan tebu untuk minuman sari tebu di Jakarta dan Tangerang, Supin juga menerima pesanan dari pabrik pengolahan tebu menjadi gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Sebelumnya mesin itu hanya diimpor dari China dan India," ujarnya. Karena itu, Supin optimistis ke depan bisnis pembuatan mesin giling tebu akan semakin berkembang. Permintaan akan sari tebu yang semakin meningkat serta harga produk gula yang tinggi menjadi pendorongnya. Kian banyaknya penggemar minuman sari tebu juga membuat senang Widin. Pemilik usaha Sari Tebu Segar Alami di Tangerang ini menggeluti bisnis ini sejak dua tahun lalu lantaran melihat minuman tebu bakal ngetren. "Saya menciptakan penggiling tiga rotor sehingga sekali proses langsung kering," katanya. Kebanyakan mesin giling tebu memakai sistem 2 rotor. Konsumen setia Widin adalah perseorangan yang ingin berjualan minuman sari tebu. Selain memproduksi tipe murah seharga Rp 8 juta, Widin juga memproduksi mesin tipe lain seharga Rp 12 juta.Tipe pertama menggunakan penggerak listrik 550 watt. Walau asupan listrik lebih banyak, namun tebu ukuran 3-4 cm harus dibelah dua terlebih dahulu sebelum mulai di giling. Sedangkan meskin tipe kedua menggunakan listrik 370 watt. Selain daya listrik lebih kecil, mesin ini mampu mengiling tebu bulat langsung tanpa dibelah. "Mesin lain mengharuskan tebu dipegang tangan dan digiling lagi. Hal itu kadang-kadang membuat konsumen jadi jijik. Mesin saya tidak," Widin berpromosi. Dari dua tipe mesin yang dia jual, Widin paling banyak menerima pesanan mesin seharga Rp 8 juta. "Pertama mereka beli yang murah, setelah itu kembali dan menukarkan dengan yang harga Rp 12 juta," katanya. Selain hemat listrik, tipe kedua menggiling dalam sekali proses menghasilkan dua gelas. Dari penjualan 2-3 unit mesin per bulan, ia mengantongi omzet hingga Rp 20 juta. Selain di Jabotabedek, Widin juga memasarkan produknya ke Bandung, Medan, dan Batam Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mesin giling tebu kian manis dengan naiknya permintaan sari tebu
Berkembangnya waralaba minuman sari tebu membuat usaha pembuatan mesin giling tebu semakin manis. Tiap bulan, produsen bisa mendapat pemesanan empat unit mesin. Selain ukuran besar, mereka juga membuat mesin kecil.Bisnis pembuatan mesin giling tebu semakin manis seiring meningkatnya permintaan minuman sari tebu. Peningkatan permintaan dirasakan oleh pembuat mesin ini sejak tiga tahun lalu. Maklum, penggemar minuman tebu semakin banyak seiring munculnya waralaba minuman tebu. Supin, pemilik bengkel las dan bubut Nova Indah di Kudus, mengatakan, dulu permintaan alat giling tebu hanya datang di bulan tertentu. "Sekarang permintaan bisa tiga sampai empat unit rutin tiap bulan," katanya. Pria berusia 50 tahun yang telah berkecimpung di bisnis las sejak tahun 2000 ini memproduksi dua jenis mesin penggilingan tebu. Jenis pertama berukuran 25 cm x 25 cm dengan penggerak diesel. Satu unit mesin jenis ini dijual dengan harga Rp 27,5 juta. Mesin ini memiliki berat hingga 10 ton dan kapasitas pengolahan 10 ton tebu per harinya.Mesin jenis kedua, berukuran 15 cm x 15 cm tanpa mesin penggerak. Mesin ini hanya dilengkapi tiga rotor sehingga harganya lebih murah, yakni Rp 17 juta per unit. Supin mengaku, satu tahun belakangan ini, dia mengantongi omzet hingga Rp 110 juta per bulan hanya dari penjualan mesin giling tebu.Selain dari pemilik usaha pengolahan tebu untuk minuman sari tebu di Jakarta dan Tangerang, Supin juga menerima pesanan dari pabrik pengolahan tebu menjadi gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Sebelumnya mesin itu hanya diimpor dari China dan India," ujarnya. Karena itu, Supin optimistis ke depan bisnis pembuatan mesin giling tebu akan semakin berkembang. Permintaan akan sari tebu yang semakin meningkat serta harga produk gula yang tinggi menjadi pendorongnya. Kian banyaknya penggemar minuman sari tebu juga membuat senang Widin. Pemilik usaha Sari Tebu Segar Alami di Tangerang ini menggeluti bisnis ini sejak dua tahun lalu lantaran melihat minuman tebu bakal ngetren. "Saya menciptakan penggiling tiga rotor sehingga sekali proses langsung kering," katanya. Kebanyakan mesin giling tebu memakai sistem 2 rotor. Konsumen setia Widin adalah perseorangan yang ingin berjualan minuman sari tebu. Selain memproduksi tipe murah seharga Rp 8 juta, Widin juga memproduksi mesin tipe lain seharga Rp 12 juta.Tipe pertama menggunakan penggerak listrik 550 watt. Walau asupan listrik lebih banyak, namun tebu ukuran 3-4 cm harus dibelah dua terlebih dahulu sebelum mulai di giling. Sedangkan meskin tipe kedua menggunakan listrik 370 watt. Selain daya listrik lebih kecil, mesin ini mampu mengiling tebu bulat langsung tanpa dibelah. "Mesin lain mengharuskan tebu dipegang tangan dan digiling lagi. Hal itu kadang-kadang membuat konsumen jadi jijik. Mesin saya tidak," Widin berpromosi. Dari dua tipe mesin yang dia jual, Widin paling banyak menerima pesanan mesin seharga Rp 8 juta. "Pertama mereka beli yang murah, setelah itu kembali dan menukarkan dengan yang harga Rp 12 juta," katanya. Selain hemat listrik, tipe kedua menggiling dalam sekali proses menghasilkan dua gelas. Dari penjualan 2-3 unit mesin per bulan, ia mengantongi omzet hingga Rp 20 juta. Selain di Jabotabedek, Widin juga memasarkan produknya ke Bandung, Medan, dan Batam Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News