JAKARTA. Krisis politik yang melanda Mesir hingga pecahnya kerusuhan sejak 25 Januari 2011 telah melumpuhkan perekonomian Mesir. Padahal, Mesir menjadi salah satu tujuan ekspor dunia, termasuk Indonesia. Salah satu produk ekspor Indonesia yang juga berpotensi terimbas krisis di Mesir adalah mebel dan kerajinan. Padahal menurut Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, Mesir merupakan negara tujuan ekspor Indonesia terbesar ke-7 di seluruh wilayah Timur Tengah. "Jika krisis di Mesir berlangsung lama kita bisa kehilangan potensi ekspor senilai US$ 100 juta untuk ekspor di wilayah Timur Tengah,” katanya, hari ini (9/2).Sebab, Mesir tidak hanya menjadi tujuan ekspor, tapi juga memegang peran penting dalam lalu-lintas ekspor melalui Terusan Suez yang berada di teritorial wilayah Mesir. Selama ini, ekspor mebel dari Indonesia pasti melewati Terusan Suez untuk menjangkau tujuan lain seperti negara Timur Tengah selain Mesir, Afrika dan Eropa. Ekspor furniture ke Afrika dan Eropa masing-masing rata-rata mencapai US$ 50 juta per tahun.Untuk mengantisipasi melorotnya pasar ekspor di Timur Tengah, tahun ini Asmindo akan memperbesar ekspor ke negara Timur Tengah lainnya seperti Iran, Irak dan Uni Emirat Arab (UEA). "Kita lihat Iran juga sudah mulai beralih ke Indonesia untuk permintaan ekspor mebel. Mereka menganggap kualitas mebel Indonesia lebih baik dari China," kata Ambar.Sekitar US$ 4 juta ekspor yang tadinya ditargetkan ke Mesir, separuhnya bakal dialihkan ke Uni Emirat Arab. Padahal, setiap tahun ekspor furnitur Indonesia ke Mesir selalu mengalami kenaikan. Berdasarkan data Asmindo, nilai ekspor ke Mesir pada 2010 sebesar US$ 3,922 juta. Angka ini naik 131,38% dari ekspor pada 2009 yang sebesar US$ 1,695 juta. Sebelum kerusuhan pecah di Mesir, Asmindo telah menargetkan ekspor mebel ke Mesir bakal naik 22% tahun ini. “Saya optimis target pertumbuhan ini bisa tercapai, asalkan krisis di Mesir tidak berlangsung lama,” ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mesir bergolak, potensi ekspor mebel Indonesia bisa hilang US$ 100 juta
JAKARTA. Krisis politik yang melanda Mesir hingga pecahnya kerusuhan sejak 25 Januari 2011 telah melumpuhkan perekonomian Mesir. Padahal, Mesir menjadi salah satu tujuan ekspor dunia, termasuk Indonesia. Salah satu produk ekspor Indonesia yang juga berpotensi terimbas krisis di Mesir adalah mebel dan kerajinan. Padahal menurut Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, Mesir merupakan negara tujuan ekspor Indonesia terbesar ke-7 di seluruh wilayah Timur Tengah. "Jika krisis di Mesir berlangsung lama kita bisa kehilangan potensi ekspor senilai US$ 100 juta untuk ekspor di wilayah Timur Tengah,” katanya, hari ini (9/2).Sebab, Mesir tidak hanya menjadi tujuan ekspor, tapi juga memegang peran penting dalam lalu-lintas ekspor melalui Terusan Suez yang berada di teritorial wilayah Mesir. Selama ini, ekspor mebel dari Indonesia pasti melewati Terusan Suez untuk menjangkau tujuan lain seperti negara Timur Tengah selain Mesir, Afrika dan Eropa. Ekspor furniture ke Afrika dan Eropa masing-masing rata-rata mencapai US$ 50 juta per tahun.Untuk mengantisipasi melorotnya pasar ekspor di Timur Tengah, tahun ini Asmindo akan memperbesar ekspor ke negara Timur Tengah lainnya seperti Iran, Irak dan Uni Emirat Arab (UEA). "Kita lihat Iran juga sudah mulai beralih ke Indonesia untuk permintaan ekspor mebel. Mereka menganggap kualitas mebel Indonesia lebih baik dari China," kata Ambar.Sekitar US$ 4 juta ekspor yang tadinya ditargetkan ke Mesir, separuhnya bakal dialihkan ke Uni Emirat Arab. Padahal, setiap tahun ekspor furnitur Indonesia ke Mesir selalu mengalami kenaikan. Berdasarkan data Asmindo, nilai ekspor ke Mesir pada 2010 sebesar US$ 3,922 juta. Angka ini naik 131,38% dari ekspor pada 2009 yang sebesar US$ 1,695 juta. Sebelum kerusuhan pecah di Mesir, Asmindo telah menargetkan ekspor mebel ke Mesir bakal naik 22% tahun ini. “Saya optimis target pertumbuhan ini bisa tercapai, asalkan krisis di Mesir tidak berlangsung lama,” ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News