Mesir rusuh, agen perjalanan gigit jari



JAKARTA. Para agen perjalanan gigit jari akibat krisis politik yang terjadi di Mesir. Pasalnya, jumlah warga negara Indonesia yang ingin melancong ke Negeri Piramid itu tidak ada.Padahal, Ahmad Radwan, Managing Director Misr Asia Travel mengatakan, rata-rata 100 hingga 150-an wisatawan berangkat ke Mesir per bulan. "Tapi, dari pertengahan Januari hingga sekarang sama sekali tidak ada yang mau pergi ke sana," ujar Ahmad ketika ditemui di pameran "Garuda International Islamic Expo", Jumat (4/1).Unal Kirmic, Manajer Destinasi, VIP Tourism, mengatakan hal serupa. Dalam kondisi normal, agen perjalanan asal Turki ini mempunyai paket wisata Indonesia-Turki-Mesir. Tapi, akibat krisis politik di Mesir, pihaknya mengubah paket destinasi menjadi Indonesia-Turki-Yunani. "Tidak ada orang Indonesia yang mau ke Mesir, yang sudah di sana pun memilih untuk pulang," ujar Unal kepada KONTAN.Hal serupa juga dilakukan Outbound Tour PT Stella Kwarta Wisata. Manager Stella Kwarta, FA Arijanto mengatakan, perusahaanya terpaksa mengubah rute perjalanan yang seharusnya ke Mesir menjadi Yordania dan Betlehem akibat pergolakan yang terjadi di Mesir akhir-akhir ini. Padahal, dia bilang, Mesir merupakan salah satu tujuan utama pejiarah. "Selama ini Gunung Sinai merupakan salah satu tempat favorit para pejiarah," Kata Arijanto kepada KONTAN, Jumat (4/2).Arijanto menambahkan bahwa perusahaanya juga tepaksa mengurangi omzetnya sekitar 3% - 5% akibat perubahan jadwal tersebut. "Umumnya biaya ke Mesir lebih murah, jadi ketika kami mengubah rute perjalanan, perusahaan terpaksa menambah biaya tanpa memungut biaya dari peserta rombongan," ujar Arianto. Selain itu, dari 150 orang pejiarah yang terdaftar untuk perjalanan ke Timur Tengah pada Bulan Februari ini, ada sekitar 30 orang yang mengundurkan diri. "Sebagian dari mereka tidak jadi melakukan perjalanan ke luar negeri karena salah satu tempat fovorit mereka di Mesir batal dikunjungi," terang Arijanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can