KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masifnya perkembangan teknologi, membuat perbankan putar otak dalam berinvestasi organik seperti pembukaan kantor cabang. Walau banyak bank yang menutup kantor cabang, masih ada beberapa bank yang tetap ekspansi menambah kantor. Salah satunya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), yang per semester I-2019 sudah memiliki enam kantor wilayah, 102 kantor cabang konvensional dan syariah, 364 kantor cabang pembantu konvensional maupun syariah, 471 kantor kas, 61
payment point, 23 layanan mobil kas keliling. Tak cuma itu, BTN juga memiliki sebanyak 2.948 kantor layanan serta kantor kas di kantor pos atau totalnya sebanyak 3.975 outlet untuk mengkover seluruh wilayah geografis Indonesia.
Baca Juga: Ini alasan jumlah kantor cabang dan karyawan bank menurun menurut bankir Direktur BTN Dasuki Amsir mengatakan, walau sudah punya kantor, jumlah tersebut masih dirasa kurang sesuai dengan perkembangan bisnis bank. Alhasil, dalam dua tahun terakhir dalam rencana bisnis bank (RBB), bank spesialis kredit perumahan ini tetap berniat menambah jumlah outlet, termasuk meningkatkan kantor bank. "Walau begitu jumlahnya sudah tidak banyak lagi atau minim," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (12/8). Contohnya saja, tahun 2019 ini, bank dengan kode saham
BBTN ini berniat menambah atau meningkatkan status jaringan sebanyak 36 outlet yakni dua kantor cabang baru, peningkatan 26 kantor kas menjadi kantor cabang pembantu, satu kantor cabang syariah dan enam kantor cabang pembantu syariah. Dasuki juga tak memungkiri, bahwa dengan berkembangnya teknologi dan disrupsi digital, BTN terpaksa ikut melakukan beberapa perbaikan dan perubahan layanan. Alasannya, tak lain disebabkan transaksi bank sudah mayoritas dilakukan secara digital atau melalui
e-channel. "Sudah lebih banyak dibandingkan transaksi yang bersifat
walk in channels (transaksi loket)," lanjutnya.
Baca Juga: Berhasil tekan biaya operasional, BCA dan OCBC NISP makin berhemat Ke depan, BTN akan tetap melakukan strategi berupa peningkatan status kantor agar lebih luas menjangkau nasabah. Seperti kantor kas menjadi kantor cabang, tujuannya agar tak hanya memupuk dana melainkan melakukan transaksi perkreditan. Nah, untuk kantor yang transaksinya sudah sedikit, BTN akan menggantikan layanan dengan mesin, semisal lewat pemanfaatan mesin setor tarik alias
cash recycling machine (CRM). "Kami juga lakukan pemanfaatan serta optimalisasi fungsi agen bank, dan merelokasi
outlet ke area yang lebih menguntungkan," jelasnya. Serupa, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk (
MAYA) Hariyono Tjahjarijadi mengatakan, kebijakan perusahaan saat ini belum berencana menambah maupun mengurangi kantor cabang. Menurutnya, hal tersebut tergantung dengan fokus masing-masing perbankan dan kebijakan tiap bank. Namun, dengan perkembangan digital dan
e-channel di industri bank saat ini, pengembangan teknologi pun menjadi suatu keharusan. "Kami mau fokus ke
e-channel,
mobile banking dan
internet banking," katanya. Pun,untuk mewujudkan hal itu pihaknya sudah menyiapkan dana setidaknya Rp 400 miliar sampai akhir tahun dan diharap penyerapannya sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Catatan saja, bank milik taipan Dato Sri Tahir ini memiliki 216 kantor cabang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca Juga: BNI dorong perbankan digital pada pekerja migran di Hong Kong Bank taipan lain, yakni PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) walau secara segi aset masih lebih kecil mengaku tetap akan menjaga jumlah bank. Direktur Keuangan BSS Henky Suryaputra menjelaskan, hal tersebut disebabkan banyak nasabah BSS yang lebih nyaman melakukan transaksi perbankan secara langsung di cabang. "Untuk itu, sekitar 800 orang karyawan kami siap melayani melalui 20 cabang yang tersebar di 16 kota di Indonesia," katanya. Ke depan, meski akan terus meningkatkan layanan perbankan digital, pihaknya tidak akan meninggalkan layanan kantor cabang. Mengingat jumlah cabang BSS masih relatif terbatas, tak menutup kemungkinan pihaknya akan memperluas jaringan dengan meningkatkan jumlah cabang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati