Meski ada risiko, BI yakin dana asing tetap masuk



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, sejak awal tahun hingga pertengahan bulan ini, arus modal asing masih masuk (capital inflow) sebesar Rp 24,4 triliun. Jumlah itu lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu hanya Rp 20 triliun.

Lebih tingginya dana masuk mencerminkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang cenderung menguat pada tahun ini dibanding tahun lalu. Sejak awal 2017 hingga pertengahan Februari, rupiah bergerak di level Rp 13.300 per dollar AS. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, rupiah di level Rp 13.800 per dollar AS.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, inflow tersebut dipengaruhi oleh optimisme pasar terhadap kondisi Indonesia yang masih baik, di tengah tekanan yang dialami negara-negara lain. Hal tersebut tercermin dari defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) 2016 1,8% dari produk domestik bruto (PDB).


Selain itu, infalsi tahun lalu yang terjaga rendah sebesar 3,01%. Pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,01%, juga lebih tinggi dibanding sebelumnya. Sementara posisi cadangan devisa (cadev) naik tajam menjadi US$ 116,9 pada akhir bulan lalu.

Membaiknya fundamental ekonomi Indonesia juga diakui oleh salah satu lembaga pemeringkat internasional. Baru-baru ini, Moody's Investors Service meningkatkan prospek peringkat utang luar negeri (ULN) Indonesia dari stable menjadi positive sekaligus mengafirmasi rating pada Baa3 (investment grade) karena penurunan kerentanan sektor eksternal sebagai dampak dari kebijakan otoritas dan perbaikan kelembagaan melalui peningkatan efektivitas kebijakan.

"Ini kondisi yang kuat," kata Agus, Jumat (10/2).

Lanjut Agus, kondisi eksternal saat ini masih perlu diwaspadai. Misalnya, tekanan geopilitik di Perancis dan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Tak hanya itu, kondisi AS juga masih perlu diwaspadai, khususnya rencana Donald Trump yang akan memotong tarif pajak dan akan diumumkan dalam satu hingga dua minggu ke depan.

Agus mengatakan, hal itu akan menguatkan optimisme terhadap perbaikan kondisi korporasi di negeri Paman Sam tersebut. Dengan demikian, investor akan lebih memilih untuk berinvestasi di pasar keuangan AS dan berdampak terhadap pasar keuangan global. Meski begitu, Agus melihat kebijakan Trump tersebut tidak berdampak terlalu besar terhadap ekonomi Indonesia.

Ia optimistis, arus modal asing masih akan masuk ke Indonesia. Apalagi risiko berinvestasi di Indonesia semakin rendah, Hal tersebut tampak dari credit default swap (CDS) Indonesia turun menjadi 140 basis points (bps) atau 1,4%.

"Itu menunjukkan confident terhadap Indonesia tinggi," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini