Meski Ada Risiko Resesi, INSA Yakin Industri Pelayanan Tetap Tumbuh pada Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan industri pelayaran masih berat di tengah ancaman resesi global tahun 2023. Meskipun sudah terjadi pemulihan dari dampak pandemi Covid-19, namun ancaman resesi meningkatkan resiko di bisnis ini karena kebijakan moneter di banyak negara semakin mengetat.

Namun, asosiasi industri pelayaran di Tanah Air optimis bahwa ekonomi nasional bakal kuat dalam menghadapi tantangan global. Sehingga industri pelayanan diperkirakan masih akan bisa tumbuh, tetapi memang harus perlu berhati-hati. 

Carmelita Hartoto, Ketua Umum DPP INSA menilai sektor pelayaran nasional tidak akan terlalu terdampak dari sentimen negatif kondisi ekonomi 2023. 


“Banyak lembaga memproyeksikan ekonomi nasional masih di jalur pertumbuhan positif di tahun depan. Tapi tetap kita harus memastikan bahwa daya beli masyarakat di dalam negeri terjaga baik, sehingga ekonomi di dalam negeri tetap kuat,” katanya dalam keterangan resminya, Senin (28/11).

Baca Juga: KAI Daop 1 Jakarta Tambah Perjalanan Kereta Api Spesial Edisi Natal dan Tahun Baru

Kendati begitu, ia tetap melihat ada kemungkinan terjadi penurunan kegiatan ekspor tahun depan yang tentu akan berdampak pada kegiatan kapal angkutan ekspor impor dan kapal feeder. Itu sebabnya, ia menghimbau agar pelaku usaha tetap waspada. 

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari–Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar atau naik 30,97% dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$230,62 miliar atau naik 30,61%. 

Pada sektor angkutan kontainer di domestik masih akan tumbuh positif mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional di tahun depan.   Adapun pada sektor curah kering batu bara, masih akan tumbuh positif meski tidak secemerlang sebelumnya, seiring dengan kebutuhan batu bara di dalam negeri, begitu juga dengan kebutuhan ekspor. 

Kementerian ESDM menyebutkan, kebutuhan batu bara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekitar 161,15 juta ton batu bara pada 2023 mendatang, atau meningkat dari 2022 yang mencapai 130 juta ton. 

Adapun produksi batu bara pada 2023 ditargetkan bisa mencapai 694 juta ton. Di sisi lain, kebijakan hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang tengah digenjot pemerintah juga sedikit banyak akan memberikan dampak terhadap angkutan curah kering. Kebijakan hilirisasi SDA akan memberikan nilai tambah bagi ekspor Indonesia di masa mendatang dan menjadi peluang peningkatan muatan bagi perusahaan pelayaran karena adanya angkutan raw materials ke smelter.

Sementara itu, perdagangan minyak dunia mengalami peningkatan signifikan. Volume diperkirakan meningkat 3% pada  2022, walaupun masih sedikit lebih kecil dibandingkan sebelum Covid-19 yang mencapai 5%. Tetapi dampak perang Rusia-Ukraina menyebabkan permintaan  rute perdagangan yang lebih panjang, yaitu 5% bahkan untuk produk kilang peningkatan nya mencapai 8%

Pada tahun 2023, volume perdagangan minyak diperkirakan akan meningkat sebesar 2%, dengan potensi peningkatan ton mile akibat perubahan pola dan rute perdagangan sebesar 6%.

Baca Juga: BLT BBM Sudah Disalurkan ke 3 Juta Keluarga, Pos Indonesia Targetkan Tuntas 10 Hari

Dari sisi suplai, penambahan tonase tidak terlalu signifikan yang masih mencerminkan sentimen permintaan rendah karena Covid-19, serta perubahan persyaratan teknologi dan tingginya harga pembangunan kapal baru. Walaupun kapal tertahan untuk diskrap karena tingkat market freight yang melonjak, penambahan tonase tidak berubah signifikan.

Melihat kondisi seperti itu, market tanker tahun 2023 menunjukkan kondisi yang cukup menjanjikan. Untuk pasar domestik, kata Carmelita, kondisi market menunjukkan gejala yang serupa. Penggunaan B30 atau B40 juga memicu terjadinya penaikan jenis kapal angkutan cair (tanker)  di domestik. Meski begitu, penggunaan bahan bakar tersebut juga menjadi tantangan karena adanya penambahan biaya maintenance mesin kapal.

Pada jenis kapal offshore, masih akan tetap tumbuh meski tidak akan signifikan pada 2023. Karena belum ada tanda-tanda peningkatan kebutuhan kapal penunjang offshore. Menurutnya, pelayaran nasional juga lebih percaya diri dalam menghadapi sentimen global tahun depan, mengingat pelayaran telah banyak mengambil pelajaran dan berhasil melewati badai Covid-19.

Namun begitu, dia mewaspadai adanya penaikan biaya perawatan kapal karena fluktuasi nilai tukar rupiah, mengingat 70% komponen kapal masih impor. 

“Jadi ancaman resesi pada 2023 mungkin akan berdampak bagi pelayaran nasional, tapi selama konsumsi domestik kita masih tumbuh, maka dampaknya tidak signifikan. Kita meski optimis, tapi harus bersikap waspada atas situasi ekonomi tahun depan,” pungkas Carmelita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi