Meski Ada Sanksi, Jet Pribadi Miliarder Rusia Masih Berseliweran di Angkasa



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Dua tahun sebelum perang Rusia dan Ukraina pecah, sebuah jet pribadi jenis Boeing 737 yang kepemilikannya terkait dengan oligarki Rusia Vladimir Yevtushenkov tampak terbang melintasi dunia. 

Jet pribadi itu tampak mengangkasa melintasi French Riviera, Maladewa, dan Seychelles serta sejumlah ibu kota dunia dan pusat keuangan.

Melansir Reuters, pada tahun ini, alih-alih mengunjungi tempat wisata bagi para miliarder, jet tersebut tampak beberapa kali mengunjungi negara-negara bekas Uni Soviet. 


Berdasarkan data pelacakan penerbangan yang ditunjukkan oleh Flightradar24, negara-negara yang menjadi lokasi tujuannya antara lain Kyrgyzstan, Kazakhstan, Belarus, dan China.

Menurut laporan Reuters, sejumlah miliarder dan tokoh berkuasa di Rusia mencari cara agar jet pribadi tetap mengudara di tengah keterbatasan dan jangkauan tujuan akibat sanksi Barat yang diterapkan sejak invasi Moskow ke Ukraina.

Sanksi internasional tersebut telah membatasi secara tajam terhadap jumlah lokasi di mana pesawat dapat melakukan perjalanan. 

Boeing yang terkait dengan Yevtushenkov, misalnya, termasuk di antara setidaknya 50 jet pribadi yang didaftarkan ulang di bawah bendera Rusia sejak invasi Februari 2022. 

Baca Juga: Hindari Sanksi Internasional, Inggris Curiga Rusia Lakukan Pencucian Emas

Hal itu diketahui berdasarkan data pendaftaran pesawat nasional yang sebelumnya tidak dilaporkan hingga awal Agustus yang ditinjau oleh Reuters.

Menurut dua sumber senior industri penerbangan Rusia, beberapa dari jet pribadi yang terbang ke sejumlah wilayah harus dipulangkan karena terkait dengan politisi dan tokoh bisnis terkemuka. 

Sumber Reuters tersebut menolak untuk disebutkan namanya karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Kedua sumber tersebut mengatakan Yevtushenkov secara pribadi menggunakan Boeing-737, yang hingga tahun lalu memuat logo perusahaan yang ia dirikan, konglomerat AFK Sistema.

Yevtushenkov mengatakan dia tidak akan menanggapi pertanyaan tentang pesawat tersebut, termasuk apakah dia menggunakan pesawat tersebut. 

Yevtushenkov secara resmi menyerahkan kendali Sistema setelah Inggris menjatuhkan sanksi terhadapnya tahun lalu. Akan tetapi, dia tetap menjadi pemegang saham utama grup tersebut.

Otoritas penerbangan Rusia, Rosaviatsiya, dan Kementerian Transportasi tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters. 

Hingga saat ini, tidak ada indikasi perusahaan yang terkait dengan pesawat tersebut melanggar sanksi apa pun terkait repatriasi atau penerbangan yang sedang berlangsung.

Baca Juga: Curiga Israel Memiliki Senjata Nuklir, Rusia: Di Mana Pengawas Nuklir Internasional?

Yurisdiksi termasuk Aruba dan Pulau Man, tempat beberapa jet pribadi sebelumnya didaftarkan, mematuhi sanksi Barat. 

Menurut sumber Reuters, hal ini mempersulit para miliarder Rusia yang memiliki jet pribadi untuk mendapatkan asuransi, bahan bakar, dan izin terbang.

Menempatkan pesawat di bawah bendera Rusia memungkinkan mereka terbang ke dan dari negara-negara yang belum memberlakukan larangan penerbangan atau di mana pelancong individu tidak dikenakan sanksi, termasuk Turki dan Dubai.

Sumber yang sama memperkirakan, meskipun ada manuver seperti itu, lebih dari separuh armada jet pribadi dan perusahaan Rusia yang berjumlah sekitar 400 unit masih terdampar di luar negeri atau telah dijual. 

Jumlah total jet bisnis di bawah bendera Rusia kini berjumlah 145, naik dari angka 97 pada awal Maret 2022. 

Karena sanksi tersebut, pesawat-pesawat Rusia dilarang memasuki 27 negara Uni Eropa, tempat para oligarki Rusia sebelumnya sering terbang untuk keperluan bisnis dan liburan. 

Dua orang sumber penerbangan, yang mengatur dan mengelola jet pribadi untuk bisnis, mengatakan beberapa pemilik jet pribadi terbang dari Rusia ke Turki atau negara-negara bekas Soviet. 

Kemudian mereka menyewa pesawat yang berbeda ke bandara-bandara Uni Eropa, dengan ketentuan bahwa individu tersebut tidak berada di bawah sanksi pribadi.

Contoh praktik ini terjadi minimal seminggu sekali, tambah salah satu sumber, tanpa memberikan contoh spesifik.

Menurut data bea cukai, beberapa pesawat yang dipulangkan tersebut terkait dengan perusahaan negara dan pemimpin bisnis yang mendukung Presiden Vladimir Putin dalam perang di Ukraina atau yang terkait dengannya.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik, Senin (6/11), Setelah Saudi dan Rusia Pangkas Produksi

Mereka termasuk Bombardier Challenger 650 yang menurut data diimpor oleh Uralkali, produsen pupuk besar yang sebelumnya dipimpin oleh Dmitry Mazepin. 

Mazepin termasuk di antara para taipan yang menghadiri pertemuan pengusaha terkemuka yang dipimpin oleh Putin di awal tahun ini.

Kemudian ada Bombardier Global 6000 yang diimpor oleh VEB.RF, bank pembangunan milik negara yang dipimpin oleh Igor Shuvalov, mantan wakil perdana menteri pertama.

VEB, Uralkali dan Mazepin tidak menanggapi permintaan komentar mengenai pendaftaran jet tersebut di Rusia.

Data bea cukai menunjukkan bahwa sebagian besar pesawat pribadi dipulangkan ke Rusia setelah pecahnya perang dari negara-negara bekas Soviet serta dari UEA dan Turki.

Menurut data Flightradar24, seperti halnya Boeing yang terkait dengan Yevtushenkov, pesawat lain yang didaftarkan ulang telah menghindari melintasi wilayah udara UE dan tetap terbang ke negara-negara yang dianggap bersahabat dengan Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie