Meski bahan baku seret, berbagai pabrik di kawasan Asia tetap ekspansif



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas pabrik di kawasan Asia terus ekspansif meski terjadi kenaikan biaya bahan baku dan kendala rantai pasokan. Jepang dan Korea Selatan melihat ekspansi dalam aktivitas pabrik yang moderat di Mei. 

Mengutip Reuters (1/6), Aktivitas pabrik China berkembang pada laju tercepat tahun ini di bulan Mei. Sebab, permintaan yang solid di dalam dan luar negeri. Namun lonjakan bahan baku dan kesulitan rantai pasokan telah menghambat produksi beberapa perusahaan.

Hal itu tercermin dari survei IMP Manufaktur Caixin yang berfokus pada perusahaan kecil naik menjadi 52,0 bulan lalu, tertinggi sejak Desember dan naik tipis dari 51,9 di April lalu.


Survei tersebut mengikuti PMI resmi China pada hari Senin, yang menunjukkan aktivitas pabrik di ekonomi terbesar kedua di dunia itu sedikit melambat pada Mei karena melonjaknya biaya bahan baku.

Adapun PMI India memperlihatkan efek dari lonjakan infeksi pada manufaktur paling menonjol di India dimana pertumbuhan aktivitas pabrik mencapai level terendah dalam 10 bulan.

Wabah virus corona di India telah menginfeksi 28 juta, menewaskan lebih dari 300.000 dan memaksa banyak negara bagian untuk memberlakukan pembatasan kegiatan ekonomi.

"Penyebaran varian baru sudah berdampak negatif pada rantai pasokan. Jika situasi ini berlanjut, maka akan memukul produsen di Asia yang telah berebut untuk mendiversifikasi rantai pasokan dari China," kata Toru Nishihama, kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute.

Lanjut Ia, pemulihan di kawasan Asia lebih didorong oleh permintaan eksternal daripada domestik. Bila perusahaan mengalami kesulitan mengekspor barang yang cukup akan menjadi pertanda buruk bagi ekonomi Asia.

Baca Juga: Bursa Asia mencoba memperpanjang reli jelang data tenaga kerja AS

Adapun pabrik-pabrik di Taiwan dan Vietnam sejauh ini bertahan meskipun infeksi meningkat. PMI Taiwan berdiri di 62,0 pada Mei, melambat dari April tetapi tetap jauh di atas tanda 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.

Sedangkan PMI Vietnam juga bertahan di atas 50 di 53,1 di bulan Mei, meskipun melambat dari 54,7 di bulan April. PMI au Jibun Bank Jepang turun ke penyesuaian musiman 53,0 di bulan Mei dari 53,6 di bulan sebelumnya.

Di sisi lain, Kekurangan chip global dan gangguan rantai pasokan telah mempengaruhi produksi mobil, menyebabkan pertumbuhan output Jepang meleset dari ekspektasi di bulan April. Raksasa mobil Jepang Toyota Motor dan Honda Motor telah menghentikan produksi di Malaysia karena tindakan lockdown yang diberlakukan untuk memerangi pandemi.

Data terpisah yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan perusahaan Jepang memangkas pengeluaran untuk pabrik dan peralatan untuk kuartal keempat berturut-turut pada Januari-Maret, karena ekonomi berjuang untuk melepaskan hambatan dari pandemi virus korona.

Adapun PMI Korea Selatan berdiri di 53,7 pada Mei, melambat dari April tetapi memperpanjang pertumbuhan ke bulan kedelapan berturut-turut meskipun laju kenaikan harga input mencapai tertinggi 13 tahun, indeks menunjukkan.

Pemulihan ekonomi terbesar keempat di Asia tetap kuat dengan ekspor Korea Selatan mencatat ekspansi paling tajam dalam 32 tahun pada bulan Mei, didorong oleh permintaan konsumen yang lebih kuat secara global karena banyak negara mulai dibuka kembali.

Selanjutnya: Terkepung Sanksi AS, Huawei Alihkan Fokus Bisnis ke Piranti Lunak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .