Meski Bailout Otomotif AS Disetujui, Resesi Diprediksi Semakin Memburuk



MICHIGAN. Serba salah. Mungkin hal itu yang kini dirasakan oleh the Big Three. Para analis menilai, janji para produsen mobil besar di Amerika Serikat itu untuk memangkas lebih banyak gaji dan karyawan agar mendapatkan bantuan dari Pemerintah AS akan membuat resesi menjadi lebih buruk lagi. Apalagi, para produsen mobil ternama dunia itu sudah mengurangi armada pekerjanya hingga mencapai lebih dari 10.000 posisi dalam tiga tahun terakhir.

Paul Ballew, chief of consumer insight and analytics for Nationwide Mutual Insurance Co mengatakan, meskipun pinjaman yang dikucurkan Pemerintah AS akan mencegah the Big Three dari kebangkrutan, namun mengurangi jumlah pekerja mereka akan semakin memperburuk perekonomian di Negeri Paman Sam itu.

“Tingkat restrukturisasi yang dilakukan lebih luas dan dalam dari yang diperkirakan banyak orang. Industri otomotif ini sudah memikul beban berat selama beberapa dekade terakhir. Dan ini merupakan fase berikutnya untuk restrukturisasi yang kemungkinan akan lebih parah,” papar Ballew yang juga mantan analis penjualan GM.


Asal tahu saja, saat ini, Kongres dan Pemerintahan Bush sudah menyetujui untuk menggelontorkan paket penyelamatan bagi GM, Ford dan Chrysler. Nilainya hanya mencapai US$ 15 miliar saja. Padahal, the Big Three mengajukan paket bantuan sebesar US$ 34 miliar dalam bentuk pinjaman agar tidak mengalami kebangkrutan.

Banyak yang pesimis

Meski pinjaman dana sudah disetujui, namun tetap saja banyak pihak yang pesimis. Banyak analis yang menilai, rencana penyelamatan itu tak mampu berbuat banyak untuk mendongkrak penjualan mobil, yang sempat menembus angka 15 juta unit per tahun dalam kurun waktu 1996 hingga 2007.

Standard & Poor’s pada 24 November lalu memprediksi, total penjualan mobil AS diperkirakan hanya akan bertengger pada level 13,3 juta pada tahun ini. Bahkan berdasarkan prediksi skenario terburuk yang dibuat oleh manajemen GM, total penjualan mobil AS mungkin tidak akan sampai pada angka 13 juta hingga empat tahun ke depan.

“Meskipun ketiga perusahaan mobil tersebut sukses mendapatkan dana bailout, tapi langkah harga yang harus dibayar untuk restrukturisasi ini cukup besar yaitu pemangkasan tenaga kerja,” jelas Robert Scott, ekonom di Economic Policy Institute.

Alasan yang dikemukakan Scott adalah seperti ini: karyawan di industri otomotif mendapatkan gaji yang lebih baik dibanding sektor lainnya. Oleh sebab itu, pengurangan satu pekerja di industri ini sama saja dengan mengeliminasi sekitar 1,7 pekerja karena hilangnya daya beli masyarakat.

Memang, pihak GM sudah memproyeksikan untuk merumahkan sekitar 30.000 orang atau 33% armada pekerjanya pada 2012 mendatang. Tentu saja, secara otomatis hal itu akan mengurangi jumlah dealer untuk produsen otomotif terbesar AS itu dari yang tadinya berjumlah 6.500 menjadi 4.700.

Scott memprediksi, jumlah karyawan dealer yang akan kehilangan pekerjaannya akan mencapai 100.000 orang. “Hal itu akan semakin memukul perekonomian lokal,” jelasnya.

Catatan saja, berdasarkan data dari Biro Stratistik Tenaga Kerja AS, per November lalu, industri kendaraan bermotor dan suku cadang mempekerjakan sekitar 827.700 orang. Jumlah ini 15% lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

Lain halnya dengan GM, Ford dan Chrysler tidak membuat proyeksi mengenai jumlah tenaga kerjanya dalam proposal penyelamatan mereka. Ford hanya mencantumkan, pihaknya memperkirakan membutuhkan dana sekitar US$ 1 miliar untuk mengurangi beban operasional pada 2009. Sedangkan CEO Chrysler Robert Nardelli bilang kepada Kongres akan menghemat sekitar US$ 4 miliar dengan dilakukannya restrukturisasi perusahaan.

Editor: Didi Rhoseno Ardi