JAKARTA. Kekhawatiran terhadap terjadinya resesi di AS serta perlambatan ekonomi China menahan pergerakan harga minyak mentah dunia. Hingga pukul 18.20 WIB, minyak mentah untuk kontrak pengiriman September 2010 di Pasar NYMEX-AS masih bergerak di US$ 76,53 per barel, atau hanya naik tipis dari level sebelumnya US$ 76,38 per barel. Analis Harumdana Berjangka Nizar Hilmy menilai, minyak saat ini masih berada di range konsolidasi di kisaran US$ 75 hingga US$ 78 per barel. Penyebabnya, banyak data yang mengindikasikan perlambatan ekonomi AS. Bahkan beberapa waktu lalu, the Federal Reserve, merevisi proyeksi penurunan ekonomi di 2010. Sentimen pasar kian negatif setelah Jumat (16/7), indeks kepercayaan konsumen turun tajam dari 76,0 menjadi 66,5 pada Juli. Belum lagi, ada proyeksi dari China Securities Journal yang memperkirakan pertumbuhan ekspor China di semester kedua 16%, turun dari semester pertama 35%. Menurut Nizar, perlambatan ekonomi di kedua negara pengonsumsi minyak terbesar di dunia ini jelas memengaruhi permintaan minyak dunia. Alhasil, kenaikan harga minyak ikut tertahan.
Sentimen musim badai Namun, lanjut Nizar, kemelorotan harga minyak cukup tertahan sentimen musim badai. Bulan lalu, Energy Information Administration (EIA) memproyeksikan musim badai kali ini berpotensi mengurangi produksi minyak di teluk Meksiko hingga 26 juta barel. "Kalau pasokan berkurang, sementara permintaan cenderung tetap, akan memengaruhi harga minyak, ini faktor yang mendukung minyak," katanya. Vice President Riset Valbury Asia Futures, Nico Omer Jonckheere menyebut saat ini minyak masih bergerak sideways di kisaran lebar US$ 70-US$ 80 per barel. “Pasar masih menunggu perkembangan berikutnya. Jika pasar modal terkoreksi signifikan, harga minyak akan jatuh,” jelas Nico. Menurutnya, perlambatan ekonomi menahan kenaikan harga.