JAKARTA. Kendati mengaku saat ini belum mengalami pengetatan likuiditas valuta asing, namun Citi Indonesia mengaku tetap perlu waspada menghadapi potensi kekeringan likuiditas tahun depan. "Harus lebih waspada, antisipasi. Bukan berarti likuiditas ketat tapi mulai berhati-hati," ujar Citi Country Officer Citi Indonesia Tigor M Siahaan, Senin (28/11). Ia menambahkan, tidak ada strategi khusus dari Citi Indonesia terkait potensi kekeringan likuiditas tahun depan apabila krisis Eropa tak kunjung usai. "Kami sesuaikan dengan konsumen saja. Kalau tidak butuh valas ya jangan dikasih valas. Kalau untuk ekspor, penghasilan dalam dolar boleh," tutur Tigor seraya menambahkan saat ini LDR Citi Indonesia sebesar 70%. Ia menambahkan, ke depan Citi Indonesia masih optimistis melihat prospek perekonomian Indonesia. Meski demikian, kondisi perekonomian global tetap harus dicermati karena Indonesia tidak terisolasi dari ekonomi negara lain. Misalnya, efek krisis ke Asia, ke china yang menjadi motor pergerakan di Asia. Mengingat konsumsi China atas komoditas dan energi sangat besar. Dari segi pertumbuhan kredit, Citi mengincar pertumbuhan konservatif di kisaran 15%-20% secara year on year. "Pertumbuhan kredit terus naik tapi kehati-hatian harus tetap nomor satu. Kami enggak mau genjot kredit hanya untuk bisa melampaui target. Kalau 15%-20% sudah cukup bagus tidak apa-apa. Bagus kalau lebih, kalau tidak ya tidak mau memaksa," papar Tigor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Meski belum ketat, Citibank tetap mewaspadai keringnya likuiditas valas
JAKARTA. Kendati mengaku saat ini belum mengalami pengetatan likuiditas valuta asing, namun Citi Indonesia mengaku tetap perlu waspada menghadapi potensi kekeringan likuiditas tahun depan. "Harus lebih waspada, antisipasi. Bukan berarti likuiditas ketat tapi mulai berhati-hati," ujar Citi Country Officer Citi Indonesia Tigor M Siahaan, Senin (28/11). Ia menambahkan, tidak ada strategi khusus dari Citi Indonesia terkait potensi kekeringan likuiditas tahun depan apabila krisis Eropa tak kunjung usai. "Kami sesuaikan dengan konsumen saja. Kalau tidak butuh valas ya jangan dikasih valas. Kalau untuk ekspor, penghasilan dalam dolar boleh," tutur Tigor seraya menambahkan saat ini LDR Citi Indonesia sebesar 70%. Ia menambahkan, ke depan Citi Indonesia masih optimistis melihat prospek perekonomian Indonesia. Meski demikian, kondisi perekonomian global tetap harus dicermati karena Indonesia tidak terisolasi dari ekonomi negara lain. Misalnya, efek krisis ke Asia, ke china yang menjadi motor pergerakan di Asia. Mengingat konsumsi China atas komoditas dan energi sangat besar. Dari segi pertumbuhan kredit, Citi mengincar pertumbuhan konservatif di kisaran 15%-20% secara year on year. "Pertumbuhan kredit terus naik tapi kehati-hatian harus tetap nomor satu. Kami enggak mau genjot kredit hanya untuk bisa melampaui target. Kalau 15%-20% sudah cukup bagus tidak apa-apa. Bagus kalau lebih, kalau tidak ya tidak mau memaksa," papar Tigor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News