Meski Bukan Blue Chip, Saham Ini Terbang To The Moon Sejak Awal 2024, Apa Layak Beli?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski bukan kategori blue chip, beberapa saham berhasil terbang "to the moon" sejak awal tahun 2024. Lalu, apakah saham yang mengalami kenaikan harga tinggi itu layak untuk beli dan bisa mendatangkan cuan?

To the moon adalah istilah di kalangan investor untuk menyebut harga saham yang naik tinggi. Nah, di BEI ada tiga saham yang telah naik hingga ribuan persen sejak awal tahun 2024.

Salah satunya adalah saham PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW). Saham KRAW sudah melesat 3.560% secara year to date (ytd) ke posisi Rp 1.830 per saham hingga akhir perdagangan Rabu (9/10). 


Di posisi kedua, ada saham PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) yang melonjak 1.951,85% sepanjang tahun berjalan ini. Posisi ketiga ditempati oleh saham PT Green Power Green Tbk (LABA). Saham LABA telah menguat 1.030%. 

 
KARW Chart by TradingView

Sayangnya, kenaikan harga sahamnya tidak sejalan dengan kinerja fundamentalnya. Ambil contoh, KARW yang ekuitasnya negatif. Per Juni 2024, KARW mencatatkan defisiensi modal sebesar minus US$ 32,39 juta. 

Secara kinerja operasional, pendapatan KARW juga turun 47,63% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi US$ 2,10 juta di semester I-2024. Pada periode yang sama di 2023, KARW meraup pendapatan US$ 4,02 juta. 

Dari sisi top line, KARW menderita rugi periode berjalan yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 66,03 ribu per Juni 2024. Ini berbalik dari laba bersih sebesar US$ 1,27 juta. 

Senasib, kinerja fundamental FORU juga tak memuaskan. Per Juni 2024, pendapatan usaha FORU melorot 24,25% YoY menjadi Rp 16,01 miliar. Per Juni 2023, pendapatan usaha FORU mencapai Rp 21,14 miliar. 

 
FORU Chart by TradingView

Rugi bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk FORU membengkak dari Rp 569,97 juta di semester I-2023 menjadi Rp 4,93 miliar di paruh pertama 2024. 

Adityo Nugroho, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas mengatakan secara umum, kenaikan harga suatu saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. 

"Kalau mau membeli saham berarti investor membeli suatu usaha, ketika prospeknya baik investor akan mendapat keuntungan dari capital gain," jelasnya, Rabu (9/10). 

Adityo mengatakan bagi investor fundamentalis, sebaiknya menghindari saham-saham yang fundamentalnya kurang kuat. Namun bagi trader, selama ada kenaikan volume dan momentum bisa dicermati. 

"Kalau investor senang menguji adrenalin silakan. Kalau tidak bisa menerima risiko tinggi, bisa hindari saham-saham yang fundamentalnya baik," ucap dia. 

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto menambahkan lonjakan pada saham-saham yang naik ribuan dan ratusan persen itu disebabkan oleh spekulasi dari investor. 

Spelaku lagi ini muncul karena ada sentimen yang menarik sehingga memantik munculnya ekspektasi perbaikan kinerja. Pasalnya, KARW, FORU dan LABA kompak berganti pengendali. 

Ambil contoh, pengendali KARW berganti sejak 1 Februari 2024 menjadi PT Saranakelola Investa atau Grup Meratus usai mengambil alih kepemilikan saham KARW dari ICTSI Far East Pte Ltd. 

William mengatakan ekspektasi pelaku pasar juga muncul karena adanya pergantian pengendali. Walaupun biasanya, perubahan pengendali perusahaan sudah respon pasar sebelum proses akuisisi selesai. 

"Karena mengharapkan akan adanya perbaikan kinerja emiten ke depannya. Sisanya tinggal bagaimana pelaku pasar melanjutkan tren pergerakan harganya di pasar," katanya kepada Kontan. 

Baca Juga: Green Power Group (LABA) Pasok 31.000 Baterai Motor Listrik

Selain kinerja yang negatif, beberapa saham yang berhasil melesat ratusan dan ribuan persen ini juga masuk ke papan pemantauan khusus. Karena itu, William bilang agak sulit memberikan rekomendasi. 

Namun investor bisa mencermati saham lain, seperti SRAJ dan DSSA yang masing-masing sudah menguat 886,67% dan 416,56% sepanjang tahun berjalan ini. Investor juga bisa melirik LABA untuk jangka menengah. 

Dalam jangka pendek atau setidaknya sepekan mendatang, William merekomendasikan beli LABA dengan target harga di Rp 710. Kemudian beli DSSA dengan target di kisaran Rp 44.000–Rp 48.000 dan beli SRAJ dengan target Rp 3.200. 

Baca Juga: Dompet Ketinggalan? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Di ATM BCA, BNI, BRI, Mandiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto