KONTAN.CO.ID - ANKARA. Presiden Industri Pertahanan Turki Ismail Demir mengatakan, sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia siap untuk digunakan. "S-400 siap untuk digunakan. Angkatan bersenjata Turki akan memutuskan kapan kebutuhan seperti itu muncul," sebut channel
24TV, Senin (11/1), mengutip pernyataan Demir. Kepada
TASS, Direktorat Industri Pertahanan Turki membenarkan pernyataan Demir tersebut. "Ya, (Ismail Demir) menyatakan hal iitu di Ankara," katanya.
Selain itu, Demir menginformasikan, perusahaan Turki terus mengerjakan proyek pengembangan jet tempur siluman F-35, terlepas dari keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengecualikan Turki dari program ini.
Baca Juga: Meski ada tekanan dari AS, Rusia dan Turki tetap kembangkan kerjasama teknis militer Menurut Demir, jika Ankara ingin melakukannya, resimen sistem pertahanan rudal S-400 kedua sudah ada di Turki saat ini. "Inilah yang akan terjadi jika kami memilih jalur yang cepat dan mudah, tetapi kami bertujuan maksimal," ujarnya. "Dengan informasi yang kami dapatkan dari bekerja dengan S-400, kami berencana untuk mencapai level S-400 dalam pekerjaan kami membuat sistem pertahanan misil kami sendiri pada 2025-2026," imbuh dia.
AS jatuhkan sanksi
Rusia dan Turki menandatangani kesepakatan pengiriman sistem rudal anti-pesawat S-400 ke Ankara pada 2017. Turki adalah negara NATO pertama yang membeli sistem tersebut dari Rusia. Keputusan Turki untuk memperoleh sistem rudal permukaan-ke-udara S-400 buatan Rusia menyebabkan reaksi negatif yang tajam dari AS dan NATO. AS pun mengeluarkan Turki dari program F-35.
Baca Juga: Erdogan: Sanksi AS adalah serangan terbuka terhadap hak kedaulatan Turki Lalu, pada 14 Desember lalu, AS memberlakukan sanksi yang menargetkan Direktorat Industri Pertahanan Turki (SSB), pimpinannya Ismail Demir, dan tiga staf atas pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Presiden Tayyip Erdogan pada 16 Desember 2020 mengatakan, sanksi AS terhadap Turki atas pembelian sistem pertahanan udara buatan Rusia adalah serangan terhadap hak kedaulatan Turki. Serangan AS tersebut, Erdogan menyatakan, bertujuan menghalangi industri pertahanan Turki, sebuah langkah yang menurutnya pasti akan gagal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan