KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan atas produk PT Unilever Indonesia Tbk menurun di kuartal II tahun ini. Kondisi ini berbeda dengan apa yang terjadi pada kuartal I tahun ini. Pada semester I tahun ini, pendapatan Unilever Indonesia (UNVR) sejatinya masih tumbuh 1,49% secara year on year (yoy) menjadi Rp 21,77 triliun. Sedangkan laba bersih Unilever di semester I tahun ini turun 1,89% secara yoy menjadi Rp 3,62 triliun. Di kuartal II tahun 2020, pendapatan Unilever Indonesia (UNVR) mencapai Rp 10,6 triliun. Angka ini menurun 1,6% secara year on year (yoy) dan turun 4,8% secara kuartal on kuartal. Bisnis home and personal care (HPC) turun 1,2% secara yoy, sementara segmen makanan dan minuman menurun 2,5% YoY.
Baca Juga: Menjelang cum dividen, asing memborong saham Unilever Indonesia (UNVR) Paulina analis Sinarmas Sekuritas dalam riset 3 Agustus 2020 menjelaskan, pada kuartal II tahun ini cukup menantang untuk bisnis konsumsi secara keseluruhan. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara ketat di beberapa provinsi, mengurangi orang pergi ke luar rumah dan membeli makanan. Di sisi lain, segmen HPC menurun karena rumah tangga mengurangi stok barang untuk produk kebersihan pribadi di kuartal ini. Sejatinya, Unilever Indonesia (UNVR) telah melakukan efisiensi dengan menekan belanja operasional sebesar 290 bps. Akibatnya, laba bersih setelah pajak alias net profit after tax (NPAT) berada pada Rp 1,8 triliun atau turun 9,8% secara tahunan. Meski demikian, kinerja Unilever Indonesia (UNVR) di kuartal II mengecewakan, kinerja UNVR sepanjang semester I-2020 masih melampau ekspektasi dari Sinarmas Sekuritas. "Secara keseluruhan, kami pikir itu penjualan home and personal care (HPC) tetap menguntungkan untuk sisa tahun 2020. Ini karena kesadaran akan kebersihan yang lebih tinggi di tengah Covid-19," terang Paulina dalam riset.
Baca Juga: Unilever Indonesia (UNVR) catat penjualan bersih Rp 21,77 triliun di semester I-2020 Paulina memperkirakan, pertumbuhan pendapatan Unilever pada tahun ini dan tahun depan masing-masing sebesar 3,4% dan 4,0%. Sedangkan laba bersih per saham alias earning per share Unilever hingga akhir tahun ini dan tahun 2021 akan tumbuh masing-masing 4,7% dan 2,6%. Sinarmas juga yakin jika gross profit margin (GPM) ke depan akan lebih tinggi didukung oleh harga komoditas lunak yang lebih rendah di tahun 2020. Permintaan global melemah akan kembali normal di tahun 2021. "Belanja operasional akan lebih tinggi karena kami memperhitungkan biaya promosi dan pemasaran alias advertising & promotion (A&P) untuk melakukan pemasaran guna mendukung peluncuran produk perusahaan dan porsi e-commerce yang lebih tinggi di bauran distribusinya," kata Paulina. Dengan asumsi tersebut, Paulina menyarankan Add saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dari sebelumnya Neutral dengan target harga hingga tahun 2021 sebesar Rp 9.280. "Kami percaya prospek positif bagi UNVR di tengah tantangan situasi ekonomi saat ini mengingat sifat defensifnya, serta memiliki berbagai portofolio produk yang melayani segmen kelas bawah hingga atas," terang dia dalam riset.
Unilever juga memiliki penetrasi yang kuat di kanal offline dan online. Sementara kompetisi telah ketat di beberapa tahun terakhir, perusahaan ini telah secara aktif mengatasi dengan memperkenalkan berbagai lini produk baru seperti Es krim Seru, Hijab Fresh personal care.
Baca Juga: Unilever (UNVR) Mengantongi Penjualan Rp 21,7 Triliun di Semester Pertama 2020 Risiko kerugian yang bisa mengubah pandangan Sinarmas Sekuritas adalah dampak ekonomi yang lebih buruk dari Covid-19. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana