KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tak hanya berdampak negatif bagi industri manufaktur yang berorientasi dalam negeri, namun juga pengekspor. Salah satunya penyebabnya ialah bahan baku yang masih didapat dari impor membebani beban produksi pabrikan. Seperti industri tekstil dan garmen dalam negeri, dimana menurut Ade Sudrajat Usman, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) industri menengah dan besar garmen sebagian besar produknya menyasar pasar ekspor. "Meskipun banyak ekspor namun tetap saja bahan baku dibeli pakai dolar, selain itu energi seperti listrik juga dengan dolar," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (9/8). Meskipun beberapa industri mungkin memperoleh selisih kurs, menurut Ade hal tersebut tak seberapa dibandingkan beban pajak yang diterima. "Dengan bahan baku mahal seperti ini margin jadi semakin mengecil," sebutnya.
Meski ekspor berpeluang naik, margin bisnis tekstil makin mengecil
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tak hanya berdampak negatif bagi industri manufaktur yang berorientasi dalam negeri, namun juga pengekspor. Salah satunya penyebabnya ialah bahan baku yang masih didapat dari impor membebani beban produksi pabrikan. Seperti industri tekstil dan garmen dalam negeri, dimana menurut Ade Sudrajat Usman, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) industri menengah dan besar garmen sebagian besar produknya menyasar pasar ekspor. "Meskipun banyak ekspor namun tetap saja bahan baku dibeli pakai dolar, selain itu energi seperti listrik juga dengan dolar," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (9/8). Meskipun beberapa industri mungkin memperoleh selisih kurs, menurut Ade hal tersebut tak seberapa dibandingkan beban pajak yang diterima. "Dengan bahan baku mahal seperti ini margin jadi semakin mengecil," sebutnya.