Meski gencar digitalisasi, perusahaan multifinance tetap pertahankan kantor cabang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transformasi digital memang masih akan menjadi strategi utama industri multifinance tahun depan. Namun, beberapa dari perusahaan multifinance belum akan mengurangi kantor fisiknya karena dinilai masih dibutuhkan untuk melayani nasabahnya.

Kalau menilik data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2021, kantor operasional perusahaan pembiayaan tercatat 6.199 kantor. Angka ini menurun dari posisi akhir tahun lalu yang masih berjumlah 6.342 kantor.

Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B OJK Bambang W. Budiawan bilang bahwa penurunan jumlah kantor tersebut memiliki beberapa faktor. Misalnya, penurunan jumlah perusahaan pembiayaan karena dicabut izin atau mengembalikan izin usaha sehingga berakibat penutupan jaringan kantor.


“Beberapa perusahaan pembiayaan juga melakukan efisiensi karena lokasi setempat, jumlah nasabah menurun dan aktivitas penagihan juga menurun,” ujar Bambang kepada Kontan.co.id, akhir pekan ini.

Baca Juga: IFG Progress: Sektor keuangan non-bank adalah aspek penting pertumbuhan ekonomi

Memang, Bambang mengakui saat ini industri pembiayaan masih terus melakukan kajian bisnis guna mengkalkulasi biaya dan manfaat, termasuk review perilaku nasabah-nasabahnya. Menurutnya, perencanaan bisnis yang awal tidak sesuai dengan harapan menyebabkan kantor cabang ditutup.

Namun, Bambang melihat jaringan kantor masih diperlukan oleh perusahaan multifinance saat ini meskipun digitalisasi bisa bermanfaat dari sisi efisiensi. Karenanya, kegiatan penagihan masih dibutuhkan kantor cabang.

“Kebutuhan-kebutuhan outlet/jaringan kantor dimaksud dimanfaatkan fungsinya pada kegiatan-kegiatan collections terutama pada multifinance yang bergerak di bidang pembiayaan otomotif, baik roda dua maupun roda empat (baru/bekas),” jelas Bambang.

Sependapat, ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia bilang bahwa meskipun segala proses seperti pembiayaan baru bisa dilakukan secara digital, proses penagihan ke pelanggan masih membutuhkan kantor fisik.

“Kami tetap percaya bahwa nasabah itu harus dikunjungi untuk melakukan penagihan, makanya tetap harus ada cabangnya. Penagihan tidak bisa dilaksanakan secara online” ujar Suwandi.

Baca Juga: Pembiayaan alat berat di tahun 2022 diproyeksi tak lagi berat lagi

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman bilang bahwa tahun depan tidak akan mengurangi atau menambah kantor baru. Tahun ini sendiri, CNAF sudah menutup 2 kantor cabang sehingga saat ini tersisa 34 kantor cabang.

“Kita akan pertahankan 34 cabang yang ada sekarang ini dan tahun ini berkurang di Palopo dan Palu karena efisiensi,” ujar Ristiawan.

Seperti diketahui, tahun depan CNAF akan lebih banyak menggunakan belanja modalnya untuk digitalisasi dengan budget capex akan senilai Rp 40 miliar hingga Rp 45 miliar.

Sedikit berbeda, Clipan Finance justru masih berencana untuk menambah kantor cabang di tahun depan meskipun juga berencana memperkuat infrastruktur digitalnya. Adapun, penambahan tersebut dikarenakan beberapa wilayah belum terbiasa dengan pola digital.

“Untuk tahun depan rencana 3 kantor cabang tapi di semester 2. Budget setiap pembukaan berkisar Rp 500 juta per cabang,” ujar Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari