Meski global volatil, lelang SUN dinilai cukup sukses



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah penawaran dan dana yang diserap pada lelang surat utang negara (SUN), Selasa (30/1) lebih rendah dari lelang sebelumnya. Namun, analis menilai, hasil lelang kali ini tergolong solid permintaannya di tengah kondisi global yang volatil.

Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hari ini, lelang SUN mendapatkan penawaran masuk sebesar 47,23 triliun. Angka ini lebih rendah dari penawaran yang masuk pada lelang SUN 16 Januari lalu yaitu mencapai Rp 72,48 triliun. Penyerapan dana oleh pemerintah hanya Rp 17,55 triliun, turun dibandingkan lelang sebelumnya sebesar Rp 25 triliun.

Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan, hasil lelang SUN hari ini cukup solid mengingat kondisi yang kurang kondusif dari eksternal seperti, kebijakan dan data-data ekonomi Amerika Serikat yang akan muncul dalam waktu dekat.


Peminat pada lelang kali ini masih membanjir, karena menurut Ezra, investor masih tertarik dengan yield obligasi bertenor 10 tahun Indonesia yang berada di sekitar 6,3%. "Ini level yang menarik apalagi kondisi fundamental Indonesia bagus," kata Ezra, Selasa (30/1).

Selain itu, dari inflasi juga mendukung dengan berada di level 3,5%-4%. Menurut Ezra, yield 10 tahun jika dikurangi dengan inflasi masih menarik bagi investor untuk masuk ke SUN.

Lanjut Ezra, jumlah dana yang diserap pada lelang hari ini juga masih melebihi target indikatif yang sebesar Rp 17 triliun. Yield yang dimenangkan pemerintah menurutnya berada di level wajar.

"Size yang dimenangkan mencapai target, pemerintah ambil yield secara wajar, permintaan bagus di tengah kondisi isu global, maka lelang ini bisa dibilang sukses," kata Ezra.

Untuk jangka panjang, Ezra memproyeksikan lelang SUN masih akan terus ada dan berlangsung positif karena kondisi makro ekonomi Indonesia yang juga masih kuat. Terlebih dengan yield Indonesia yang masih lebih tinggi dari negara lain membuat permintaan obligasi dari investor asing untuk jangka panjang masih akan terus ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini