KONTAN.CO.ID -JAKARTA Industri tepung terigu tanah air semakin berprospek cerah. Meski bahan baku terus mengalami kenaikan, namun permintaan tetap mengalami pertumbuhan yang signifikan. Adapun terkait proyeksi di kuartal-I 2018 ini, sayangnya Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) belum dapat berbicara banyak. "Normatif saja seperti tahun lalu harusnya tidak banyak berbeda," sebut Franciscus Welirang, Ketua Umum Aptindo kepada Kontan.co.id, Kamis (14/2). Terkait kenaikan harga bahan baku, yakni gandum, pria yang biasa disapa Franky tersebut memprediksi kenaikan akan terus bertahan hingga enam bulan pertama di 2019 ini. Gandum impor asal Ukraina saja yang terkenal murah telah mengalami kenaikan harga yang cukup besar yakni sekitar 21,7% saat ini dibandingkan tahun lalu.
Faktor pendorong meroketnya harga gandum menurut Franky dikarenakan Rusia membatasi ekspor. Dimana pembatasan dilakukan karena Rusia ingin mengenakan biaya ekspor komoditas tersebut. Meski bahan baku naik, para produsen masih melihat permintaan yang berpotensi tumbuh. Tak heran brand seperti Bogasari berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi tepung terigunya ke depan.
Divisi tepung PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ini bakal mendirikan dua pabrik baru di Cibitung di tahun ini dan dana yang disiapkan senilai Rp 530 miliar. Franky yang juga menjabat sebagai Direktur INDF menjelaskan bahwa pembangunan pabrik akan mulai dikerjakan pada semester I tahun ini. "Ditargetkan selesainya pada tahun 2020," katanya. Dua pabrik baru yang bakal dibangun tersebut memiliki kapasitas sekitar 1.500 ton per hari. Dengan adanya tambahan kapasitas dari pabrik baru di Cibitung tersebut, maka kapasitas produksi Bogasari bertambah menjadi lebih dari 18.000 ton per hari. Saat ini produksi penggilingan gandum dari pabrik yang berada di Jakarta dan Surabaya sebesar 800 ton per hari. Franky pun mengatakan bahwa di akhir tahun ini, Bogasari menargetkan produksi penggilingan gandum naik 1.200 ton per hari. Sementara itu, Sales & Marketing Director PT Bungasari Flour Miils Indonesia Budianto Wijaya mengatakan hal yang sama soal kenaikan harga gandum ini. Bahkan pihaknya sampai bulan Februari ini telah merasakan kenaikan harga sekitar 30% dibandingkan periode yang sama tahun kemarin. Meski demikian, Budianto menegaskan bahwa pasokan bahan baku tidak masalah. "Setiap bulan ada beli (bahan baku) sesuai dengan keperluan produksi," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/2). Biasanya produsen tepung terigu tidak beli dalam bentuk kontrak panjang, sebab menurut Budianto bisa berbahaya dan spekulatif dengan fluktuasi harga komoditas gandum. Sementara itu kebanyakan gandum di Indonesia di supply dari berbagai negara seperti Australia, Kanada, Amerika, Rusia dan Ukraina dengan harga beli yang relatif sama. Soal trend kenaikan harga, Budianto pun menilai sama seperti Aptindo bahwa sepanjang semester-I 2019 ini harga gandum berkemungkinan untuk terus naik. Meski demikian pasar Indonesia, menurut Budianto, sudah menganggap terigu sebagai bahan pokok sehingga jika ada kenaikan harga di produk olahan gandum ini tak terlalu berpengaruh pada konsumsi. "Industri terigu tetap tumbuh di tahun 2019 sesuai pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk, diperkirakan (tumbuh) 5%," ujar Budianto optimis. Hal inilah menjadikan motivasi ekspansi perluasan pabrik Bungasari sebagai bentuk keinginan perseroan memperlebar market sharenya. Perseroan diketahui akan membangun fasilitas produksi dan silo (penyimpanan) fase kedua di lahan pabrik Cilegon. Budianto menerangkan pembanguna tengah berjalan dan kapasitas akan dinaikkan secara bertahap, dimana semester dua 2019 nanti akan selesai 1 line dari rencana 3 line. Sekadar informasi, perusahaan diketahui menganggarkan dana sekitar US$ 50 juta untuk ekspansi pengembangan pabrik baru tersebut guna meningkatkan kapasitas produksi menjadi 3.000 ton per hari di 2021 nanti. Dimana saat ini kapasitas produksi masih dikisaran 1.500 ton per hari dengan utilitas full capacity 100%. Demi memaksimalkan produknya dipasar, produsen yang dikenal dengan brand seperti Golden Crown, Golden Eagle, Hikari Biru dan Bola Salju ini harus pandai-pandai menyiasati strategi marketing. Bungasari juga tetap melakukan penyesuaian harga dan terus melakukan efisiensi agar konsisten menuai untung. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini