JAKARTA. Kenaikan harga baja yang diprediksi bakal naik pada kuartal III nanti, bakal diikuti oleh kenaikan permintaan baja. Kenaikan ini tidak hanya terjadi di pasar domestik saja, tapi juga di pasar internasional. Maklum, kondisi pasar baja secara internasional sudah mulai bergerak naik. Meski begitu, Vice President Corporate Communications PT Krakatau Steel (KS) Wawan Hernawan menegaskan, KS tetap memprioritaskan produk bajanya untuk pasar dalam negeri. Ia menjelaskan, dari total produksi baja KS, hanya sekitar 10% nya yang dipasarkan untuk ekspor. Produk baja KS yang banyak diekspor adalah baja jenis Hot Rolled Coil (HRC) atau baja canai panas. Negara tujuan ekspor baja KS antara lain Jepang, Australia dan negra-negara Asia.Saat ini, kapasitas produksi pabrik baja KS sebesar 2,4 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, kata Wawan produksi baja jenis HRC sekitar 2 juta ton per tahun. Jika total produk baja KS yang diperuntukkan untuk ekspor sekitar 10%, artinya ekspor produk baja HRC milik KS hanya sekitar 200.000 ton per tahun.Sebelumnya, Direktur Pemasaran KS Irvan Kamal Hakim menyatakan penjualan KS memang diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri. Ia juga bilang, hingga saat ini masih tetap mempertahankan porsi ekspor sebesar 10% dari total produksi. "Kita berusaha untuk memaksimalkan prioritas untuk di dalam negeri umumnya Hot Roled Coil (HRC)," kata Irvan, Rabu beberapa waktu lalu.Hingga semester I tahun ini, KS berhasil memproduksi baja sebanyak 1,2 juta ton. Hingga akhir tahun ini, KS mematok target produksi sebanyak 2,1 juta ton. sementara itu, hingga semester I tahun ini, KS mampu membukukan keuntungan sebesar Rp 815 miliar, naik 103% ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 400 miliar.Melihat pencapaian ini, Wawan optimis hingga akhir tahun nanti KS bisa mencapai target keuntungan. "Sampai semester I sudah tercapai, jadi target tahun ini kemungkinan bisa tercapai," ujar Wawan. Untuk tahun ini, Irvan bilang KS mematok target keuntungan sebesar Rp 1 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Meski harga baja naik, permintaan tetap meningkat
JAKARTA. Kenaikan harga baja yang diprediksi bakal naik pada kuartal III nanti, bakal diikuti oleh kenaikan permintaan baja. Kenaikan ini tidak hanya terjadi di pasar domestik saja, tapi juga di pasar internasional. Maklum, kondisi pasar baja secara internasional sudah mulai bergerak naik. Meski begitu, Vice President Corporate Communications PT Krakatau Steel (KS) Wawan Hernawan menegaskan, KS tetap memprioritaskan produk bajanya untuk pasar dalam negeri. Ia menjelaskan, dari total produksi baja KS, hanya sekitar 10% nya yang dipasarkan untuk ekspor. Produk baja KS yang banyak diekspor adalah baja jenis Hot Rolled Coil (HRC) atau baja canai panas. Negara tujuan ekspor baja KS antara lain Jepang, Australia dan negra-negara Asia.Saat ini, kapasitas produksi pabrik baja KS sebesar 2,4 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, kata Wawan produksi baja jenis HRC sekitar 2 juta ton per tahun. Jika total produk baja KS yang diperuntukkan untuk ekspor sekitar 10%, artinya ekspor produk baja HRC milik KS hanya sekitar 200.000 ton per tahun.Sebelumnya, Direktur Pemasaran KS Irvan Kamal Hakim menyatakan penjualan KS memang diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri. Ia juga bilang, hingga saat ini masih tetap mempertahankan porsi ekspor sebesar 10% dari total produksi. "Kita berusaha untuk memaksimalkan prioritas untuk di dalam negeri umumnya Hot Roled Coil (HRC)," kata Irvan, Rabu beberapa waktu lalu.Hingga semester I tahun ini, KS berhasil memproduksi baja sebanyak 1,2 juta ton. Hingga akhir tahun ini, KS mematok target produksi sebanyak 2,1 juta ton. sementara itu, hingga semester I tahun ini, KS mampu membukukan keuntungan sebesar Rp 815 miliar, naik 103% ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 400 miliar.Melihat pencapaian ini, Wawan optimis hingga akhir tahun nanti KS bisa mencapai target keuntungan. "Sampai semester I sudah tercapai, jadi target tahun ini kemungkinan bisa tercapai," ujar Wawan. Untuk tahun ini, Irvan bilang KS mematok target keuntungan sebesar Rp 1 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News