Meski harga cabai naik, tapi tak semua petani menikmatinya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga cabai di tingkat konsumen masih stabil tinggi atau masih berada di atas Rp 50.000 per kg. Harga tingkat petani pun terdongkrak naik. Saat ini petani bisa menerima Rp 43.000 per kilogram (Kg) cabai.

Meski harga tinggi Sekretaris Jenderal Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid, mengatakan, tak semua petani mendapatkan keuntungan dari harga tersebut.

Baca Juga: Kemdag cari cara untuk turunkan harga cabai


Menurutnya, petani yang mendapatkan keuntungan adalah petani yang masih melakukan penanaman cabai sejak 3 bulan lalu atau petani yang lahannya masih memiliki pasokan air.

Abdul menjelaskan, sejak 8 bulan yang lalu, harga cabai memang sempat jatuh cukup dalam, dimana petani hanya mendapatkan Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kg. Padahal, seharusnya petani mendapatkan minimal Rp 14.000 per kg.

Akibat rendahnya harga cabai, banyak petani yang mematikan tanaman cabainya atau tidak mengurus tanamannya. Hal itu pun mengakibatkan supply cabai berkurang yang turut mendorong kenaikan harga.

Baca Juga: Kemtan fokus kembangkan tingkatkan komoditas pangan di 5 wilayah perbatasan

"Yang jelas hanya beberapa petani yang menikmati kenaikan harga. Itu adalah mereka yang masih melakukan penanaman baru walaupun harga rendah, dan ada yang melakukan tumpang sari," terang Abdul.

Abdul menambahkan, keuntungan yang diterima petani saat ini digunakan untuk menggantikan kerugian yang dialami dalam beberapa bulan lalu.

Baca Juga: Harga Komoditas Masih Tinggi, Tekanan Inflasi Mengintai hingga Akhir Tahun

Ia berharap, kenaikan harga ini tidak berlangsung lama. Pasalnya, hal ini akan merugikan konsumen dan karena keuntungannya tak dirasakan secara merata oleh petani.

Walau begitu, Abdul memperkirakan harga cabai yang tinggi masih akan berlangsung cukup lama mengingat sebagian wilayah penghasil cabai mengalami kekeringan.

Dia pun mengatakan, bila cabai ditanam di bulan ini, maka hasilnya baru bisa dipanen dalam 2 hingga 3 bulan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli